MYANMAR, iNews.id – Pemerintah Myanmar dan Kelompok Anti Pemerintah saling menyalahkan terkait insiden ledakan bom di sebuah halte bos di Yangon, Myanmar hingga menyebabkan 1 orang tewas dan beberapa terluka.
Pemerintah Myanmar lewat surat kabar setempat menyebut ledakan bom menjadi tanggung jawab Kelompok Anti Pemerintah, Rabu (1/6/2022) dikutip Reuters.
BACA JUGA: Belum Tertangkap, Ini Penjelasan KPK Terkait DPO Harun Masiku
Diketahui, ledakan bos di pusat Kota Yangon terjadi pada Selasa (31/5/2022) sore, menewaskan satu orang dan melukai sembilan orang, menurut sebuah kelompok amal.
The Global New Light of Myanmar, yang menerbitkan foto-foto beberapa korban berlumuran darah, mengatakan pasukan keamanan sedang menyelidiki.
BACA JUGA: Virus Cacar Monyet Menyebar di Dunia, Ini Data Lengkap Penyebarannya
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu tetapi surat kabar pemerintah mengatakan ledakan itu disebabkan oleh bom yang ditanam oleh "teroris PDF (Angkatan Pertahanan Rakyat) yang juga merupakan Kelompok Anti Pemerintah.
Sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi tahun lalu, PDF bersenjata ringan yang menentang junta bermunculan di seluruh Myanmar dalam upaya untuk melawan tentara.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian pertahanan bayangan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) mengutuk insiden itu dan mengatakan akan melakukan penyelidikan sendiri.
Dr Sasa, juru bicara NUG, menuduh militer berada di balik serangan itu.
"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mendapatkan keadilan bagi orang-orang itu," kata Sasa, yang menggunakan satu nama, dalam pernyataan di Twitter.
Baik media pemerintah maupun NUG tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhan mereka dan Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi klaim tersebut.
Seorang anggota Lin Latt, sebuah badan amal yang membantu para korban ledakan, mengatakan yang terluka dibawa ke rumah sakit di mana satu meninggal.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta, dengan konflik menyebar ke seluruh negara Asia Tenggara setelah tentara menghancurkan sebagian besar protes damai di kota-kota.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait