Pengampunan Mudah Dikatakan Tapi Sulit Dilakukan, Mampukah Kita Mengampuni?

Renungan Minggu
Ilustrasi pengampunan. (Istimewa)

 

KATA orang, mengampuni itu ngomongnya aja yang gampang, tapi ngelakuinnya sulit. Terus kalau Alkitab bagaimana? Berikut perenungan dikutip dari Jawaban.com.

Alkitab mengatakan, ketika seseorang tidak mau mengampuni, artinya orang tersebut sedang memberontak terhadap Allah. Mengapa? Dalam Ibrani 10: 30 berkata, “Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."”

Jika kita tetap bersikeras untuk menyimpan dendam atau kesalahan orang lain, maka dengan kata lain kita sedang memberontak kepada Tuhan bahwa Tuhan tidak memberikan hal yang setimpal dengan apa yang telah kita alami.

Orang-orang pemberontak seperti ini sama dengan ilustrasi yang Yesus berikan pada Matius 18: 33-34 dimana orang yang telah dilepaskan dari hutangnya namun ia tidak melepaskan hutang temannya. Bahkan ia menyerahkan temannya kepada algojo-algojo untuk melunaskan seluruh hutangnya.

Di samping itu, jika kita masih menyimpan dendam dan kesalahan orang, hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan kita seperti merasa stres, depresi berkepanjangan, tidak bisa tidur, badan lemas, gampang sakit, tidak selera makan. Jika mengalami itu semua, maka dapat menyebabkan penuaan dini.

Sebaliknya, melepaskan pengampunan dapat membuat kita terhindar dari stres, meningkatkan daya tahan tubuh, mudah tidur, tidak kehilangan selera makan, dapat berkativitas dengan baik dan bersemangat dalam menjalanin hidup.

Yesus mengajarkan mengenai pengampunan pertama kali dalam Doa Bapa Kami yang terdapat pada Matius 6: 12 yang berbunyi, “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”

Kemudian dijelaskan pada ayat 14-15, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

Pengampunan bukan tentang bagaimana kita bisa melepaskan orang yang menyakiti kita karena kesalahannya, tetapi tentang bagaimana kita mampu melepaskan diri dari sesuatu yang mengikat kita, yaitu rasa untuk menuntut pembalasan dan amarah serta dendam.

Dalam kitab Mikha 7: 18-19 mencatat bentuk pengampunan yang Tuhan berikan kepada kita. Jika Tuhan mengampuni dan membuang semua kesalahan kita, maka kita juga harus mampu untuk melakukan hal yang sama. Bukan membuang orangnya tetapi memutuskan kesalahannya atas kita.

Jika ingin hutang dan dosa kita dihapuskan oleh penebusan yang dilakukan Tuhan Yesus di kayu salib, maka kita harus mampu memutuskan hutang atau kesalahan orang yang bersalah kepada kita.

Matius 18: 21-22 Petrus bertanya kepada Yesus tentang berapa kali kita harus mengampuni, “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."”

Artinya kita harus memaafkan sebanyak 490 kali. Ahli Alkitab sering menghubungkan angka 490 dengan istilah dalam Bahasa Ibrani yaitu “tamim (תמים)” yang merujuk pada kesempurnaan, dengan kata lain, tidak bercela. Berarti, ketika kita benar-benar ingin mengambil keputusan untuk melepaskan segala kesalahan orang, kita akan mengalami pemulihan yang tidak setengah-setengah.

Editor : Fabyan Ilat

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network