JAKARTA, iNewsManado.com – Persoalan kurang tidur sepertinya dialami sejumlah orang. Penyebab kurang tidur beragam. Bisa karena mengonsumsi kafein ataupun hal lain. Namun, pembahasan kali ini ternyata kurang tidur juga bisa dipicu Gerd.
GERD atau gastroesophageal reflux disease merupakan salah satu penyakit lambung yang berbahaya dan diidap sejumlah orang Indonesia. Penyakit ini pun sering disamakan dengan Maag.
Asam lambung atau GERD berhubungan dengan kurang tidur diteliti ilmuwan dari Michigan Medicine. Spesialis esofagus di Michigan Medicine dan dosen klinis di University of Michigan, Joan Chen, M.D., M.S., bersama rekan-rekannya memantau pola tidur 101 pasien dengan gejala refluks asam lambung. Para peneliti menggunakan perangkat seperti jam tangan untuk mengukur kualitas tidur berdasarkan frekuensi gerakan lengan. Setiap pasien juga dipasangkan kateter khusus melalui hidung yang terkoneksi ke dalam saluran pencernaan. Alat ini digunakan untuk mengukur tingkat keasaman (pH) di kerongkongan selama 24 jam. Para pasien yang mengikuti penelitian tersebut juga diminta untuk mengisi kuesioner terkait kondisi kesehatannya. Temuan awal penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur yang buruk dan kemungkinan mengalami refluks. Riset tersebut menemukan, kurang tidur dapat memicu gejala GERD. Sebaliknya, gejala GERD bisa membuat penderita kesulitan tidur di malam hari.
“Saat tidur, tubuh punya kesempatan untuk bekerja memperbaiki diri. Saat tidur pun, lambung tetap mengeluarkan atau memproduksi asam dalam jumlah tertentu,” kata dr. Devia Irine Putri, setuju dengan temuan pada penelitian. “Apabila kurang tidur, hal ini dapat mengganggu ritme tubuh. Ditambah pula jika memiliki kebiasaan makan atau ngemil di malam hari, maka produksi asam lambung pun bisa bertambah,” sambungnya.
Editor : Fabyan Ilat