JAKARTA, iNews.id – Berbagai misteri terus terjadi dan dikeluhkan baik pada penderita Covid-19 atau penyintas. Salah satu hal yang masih terus berkembang informasinya adalah efek samping Covid-19. Jika Long Covid-19 menjadi sesuatu yang tak asing belakangan ini, maka laporan terbaru di Jepang ini mungkin akan bikin Anda mengernyitkan dahi saking luar biasanya. Ya, seorang pria berusia 77 tahun di Jepang melaporkan efek samping pada duburnya yang sangat tidak nyaman setelah dinyatan sembuh dan keluar dari rumah sakit. Diagnosis dokter menyatakan kalau lansia ini mengalami masalah 'restless anal syndrome' atau biasa disebut juga restless leg syndrome (RLS).
Laporan kesehatan ini diterbitkan di BMC Infectious Diseases. Diketahui kalau si pria tua tersebut mulai mengalami ketidaknyamanan pada duburnya, sekitar 10 cm dari daerah perineum (area dalam dubur).
Olahraga seperti berjalan atau berlari membuat si pria merasa lebih baik, tapi anehnya beristirahat malah membuatnya kesakitan. Rasa tidak nyaman itu bahkan muncul lebih sering pada malam hari. Alhasil pria yang tidak disebutkan namanya itu perlu mengonsumsi obat tidur.
Setelah mengesampingkan berbagai penyakit dengan bantuan tes diagnostik, dokter menyimpulkan bahwa ia adalah orang pertama di dunia yang mengalami masalah kesehatan 'restless anal syndrome' pasca Covid-19.
"Ini adalah varian dari Restless Leg Syndrome (RLS). Ini muncul dari disfungsi sistem saraf pusat yang mengarah ke gejala sensorik dan motorik. Kasus ini memenuhi empat fitur penting dari Restless Leg Syndrome - keinginan untuk terus bergerak, memburuk dengan istirahat, membaik dengan olahraga, dan memburuk di malam hari," terang laporan News18, dikutip MNC Portal, Senin (4/10/2021).
Jurnal medis itu mengungkapkan bahwa kejadian luar biasa yang terjadi pada pria Jepang tersebut mungkin mencerminkan dampak asosiatif Covid-19 pada keadaan neuropsikiatri pasien.
Manifestasi neuropsikiatri yang dilaporkan dari Covid-19 termasuk delirium, kebingungan, disfungsional penciuman dan sensasi rasa, psikosis akut, ensefalitis, dan kejadian serebrovaskular akut. Namun, pemahaman tentang perubahan neuropsikiatri yang terkait dengan penyakit ini masih dipelajari hingga sekarang.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait