Tentang Bentenan, Kain Khas Minahasa yang Dikenakan Presiden Prabowo Subianto di Natal Nasional 2024
MANADO, iNewsManado.id – Kain Bentenan asal Minahasa dikenakan Prabowo Subianto ketika menghadiri Natal Nasional 2024, Sabtu (28/12/2024). Di Sulawesi Utara, kain ini menjadi kebanggaan masyarakat Minahasa, dan memiliki nilai seni tinggi yang dihasilkan melalui proses tenun yang rumit dan penuh makna.
Presiden Prabowo Subianto mengenakan Kain Bentenan warna biru ketika memasuki area Perayaan Natal Nasional 2024, Sabtu (28/12/2024). Foto/Istimewa
Kain Bentenan dibuat di beberapa wilayah Minahasa, seperti Tombulu, Tondano, Ratahan, dan Tombatu. Namun, nama "Bentenan" sendiri diambil dari sebuah wilayah pelabuhan utama di Sulawesi Utara, yaitu Bentenan. Di sinilah kain Bentenan pertama kali diekspor ke luar Minahasa pada abad ke-15 hingga 17. Bentenan menjadi pusat penghubung antara Minahasa dan dunia luar, membawa serta kain tradisional ini untuk diperkenalkan kepada masyarakat internasional.
Keistimewaan utama kain Bentenan terletak pada teknik pembuatannya yang sangat rumit. Proses ini memakan waktu yang lama dan memerlukan keterampilan yang tinggi. Kain Bentenan ditenun menggunakan teknik double ikat, yang dikenal sulit dan jarang ditemukan di daerah lain. Dalam teknik ini, benang yang digunakan untuk membentuk lebar kain (pakan) disebut Sa'lange, sedangkan benang yang digunakan untuk membentuk panjang kain (lungsi) disebut Wasa'lene.
Hasil dari teknik ini adalah kain dengan motif yang halus, rumit, dan unik. Kain Bentenan ditenun secara terus-menerus tanpa terputus, sehingga menghasilkan kain berbentuk silinder atau tabung. Setiap helai kain ini memiliki ciri khas yang tak bisa ditemukan di kain tenun lainnya.
Proses pewarnaan kain Bentenan juga menggunakan zat pewarna alami yang berasal dari tumbuhan lokal. Warna biru atau hijau diperoleh dari pohon Taun, yang bisa berubah menjadi hitam jika ditambahkan air kapur sirih. Semak Lenu (morinda bractenta) digunakan untuk menghasilkan warna kuning yang berubah menjadi merah ketika dicampur air kapur sirih. Sementara itu, Lelenu (peristrophe tinctoris) memberikan warna merah, dan kulit dari Sangket (homnolanthus paulifolius) digunakan untuk menghasilkan warna hitam.
Kain Bentenan memiliki berbagai motif yang sangat khas, yang mencerminkan kekayaan budaya Minahasa. Di antaranya, terdapat motif Tinompak Kuda, yaitu tenun dengan aneka motif berulang; Tononton Mata, yang menggambarkan gambar manusia; Kalwu Patola, yang terinspirasi dari motif tenun Patola India; dan Kokera, dengan motif bunga warna-warni yang dihiasi dengan sulaman manik-manik. Ada juga motif Tonilama, yang berupa kain putih tanpa pewarna; Sinoi, dengan benang warna-warni dan garis-garis yang menarik; dan Pinatikan, yang merupakan motif garis-garis berbentuk jala dan segi enam, yang pertama kali ditenun di Minahasa.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait