Perahu mereka dihiasi oleh boneka-boneka menyeramkan yang terbuat dari kulit batang sagu dan lumut. Boneka-boneka ini diposisikan di bagian depan perahu sebagai perisai. Ketika hendak menyerang, boneka-boneka tersebut diangkat tinggi-tinggi di atas air, lalu diayunkan ke atas bersamaan dengan teriakan perang yang menggelegar
Di kegelapan malam, cara demikian menimbulkan kesan yang menakutkan bagi musuh. Hal ini membuat moral pasukan Belanda menyusut. Prediger, Pejabat Belanda di Minahasa memerlukan waktu untuk menyusun kembali pasukannya, hingga bala bantuan pasukan didatangkan bersamaan dengan perlengkapan militer
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait