MANADO, iNewsManado.com - Klenteng Ban Hing Kiong merupakan tempat ibadah umat Kong Hu Cu, Tao, dan Buddha yang sudah berdiri sejak 1819. Lokasinya berada di tengah kepadatan hunian serta ramainya kendaraan di jalan D. I. Panjaitan, Kelurahan Calaca, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Nama Ban Hing Kiong secara etimologi berasal dari bahasa Tiongkok yang terdiri dari tiga kata, yaitu Ban yang artinya banyak, Hing memiliki arti berkah yang melimpah, sedangkan Kiong dapat dimaknakan dengan Istana. Jadi secara harfiah, nama Ban Hing Kiong dapat dimaknakan sebagai suatu tempat ibadah yang dibangun sebagai istana Tuhan dan memiliki berkah yang melimpah.
Keberadaan klenteng Ban Hing Kiong sendiri tidak lepas dari campur tangan pemerintah Hindia Belanda yang pada waktu itu membangunan pemukiman - pemukiman berdasarkan etnis. Ada etnis Cina, Arab, termasuk Minahasa, gunanya untuk mudah dalam mengontrol.
Maka tidak heran kalau pemukiman disekitar Klenteng Bang Hing Kiong dinamakan kampung Cina berdekatan dengan kampung Arab dan kampung Minahasa.
"Jadi dikumpulkan, sehingga kemudian lahirlah apa yang disebut dengan pemukiman khusus warga Tionghoa yang namanya Kampung Cina di sebelahnya ada kampung Arab ada juga disebut dengan Kampung Tomohon dan ada bantik dan sebagainya," kata Budayawan Tionghoa Sofyan Jimmy Yosadi beberapa waktu lalu.
Dari situlah kemudian dibangun klenteng Ban Hin Kiong, pertama di tanah Minahasa, Sulawesi Utara. Klenteng ini awalnya masih terbuat dari kayu, berdinding papan dan dinding lainnya terbuat dari bambu, namun ciri khas arsitektur bangunannya dari dulu hingga sekarang tidak banyak berubah.
Editor : Subhan Sabu
Artikel Terkait