Mendiang Eric berinisiatip membeli Jawa Pos pada 1982. Secara bisnis, kondisi koran
yang didirikan oleh The Cung Sen ini sebenarnya kala itu sedang dalam kondisi tidak
menarik. Oplahnya tinggal sekitar 6 ribuan eksemplar. Tapi ‘instink’ bisnis Eric bicara
lain. Dia yakin koran ini bisa menjadi besar kalau ditangani secara sungguh-sungguh oleh
orang-orang yang bekerja secara sungguh-sungguh pula.
Meski koleganya kurang setuju, Eric yang saat itu menjabat sebagai Direktur Utama PT
Grafiti Pers (penerbit majalah TEMPO saat itu), pantang mundur. Bahkan, dia berani
memberi jaminan, kalau proyek ini gagal dia akan bertanggung jawab secara pribadi.
Artinya, dia akan mengganti seratus persen uang TEMPO yang digunakan untuk membeli
Jawa Pos apabila koran tersebut tidak berkembang.
Dan berkat kejeliannya pula Eric mendapatkan seseorang yang tepat untuk mewujudkan
keyakinannya itu, yaitu Dahlan Iskan. Lelaki kelahiran Magetan, Jatim ini dipilih Eric
untuk memimpin Jawa Pos. Kelak di kemudian hari terbukti bahwa ‘instink’ dan kejelian
Eric benar-benar jitu. Dahlan ternyata sangat ‘klik’ dengan ilmu manajemen, gaya
kepemimpinan, dinamika, dan speed ala seorang Eric Samola. Ibarat istilah Jawa, Eric
dan Dahlan seperti “tumbu oleh tutupe” dikutip dari berbagai sumber.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait