Ia kembali dan 7 Januari 1832 tiba di Langowan. Rumahnya di Langowan itulah saat ini berada SMU Kristen Schwarz Langowan.
Penduduk Langowan sejak dahulu sudah beragama alifuru. Pada saat Schwarz tiba, mereka berkumpul untuk mengadakan upacara keagamaan dan sekarang tempat itu berdiri gedung gereja GMIM.
Bahasa daerah yang masih terbata-bata membuatnya cukup sulit berkomunikasi dengan penduduk setempat. Kedatangannya tidak terlalu disambut baik. Hal ini terjadi karena pemimpin agama setempat adalah istri dari kepala daerah wilayah tersebut. Ia sangat sulit masuk kepada penduduk karena ikatan yang erat antara penduduk dengan kepala daerah dan kepala agama tersebut.
Namun, pintu yang membukakannya untuk dapat berinteraksi dengan penduduk masa itu adalah pengobatannya terhadap sakit malaria, demam, obat-obat luka dan lain-lain. Banyak yang sadar atas kegunaan obat-obat dan Schwarz memperkenalkannya sebagai pertolongan Tuhan.
Kontak dengan penduduk mulai terbuka setelah tahun 1834, dengan bantuan F. Constans yang fasih menggunakan bahasa Melayu, Tombulu, Tonsea dan Tountemboan sehingga kesulitan bergaul itu teratasi.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait