Pascadibuat, masyarakat Minahasa dan tentara Belanda belum menemukan nama yang tepat untuk minuman beralkohol jenis baru yang dibuat di Minahasa.
Saat itu, beberapa warga memerhatikan botol minuman beralkohol dari Belanda dan ada gambar tikus yang tertera.
Karena rasa dan warna minuman beralkohol yang dibuat masyarakat Minahasa sama dengan minuman beralkohol dari Belanda, maka masyarakat menyebut Cap Tikus dengan mengacu gambar tikus yang menempel di botol minuman beralkohol dari Belanda.
Pada 7 Januari 2019, Christiany Paruntu bupati Minahasa Selatan saat itu melaunching Cap Tikus 1978 yang telah memeroleh izin dari BPOM dan jadi minuman legal untuk diperjualbelikan dengan kisaran harga di atas Rp50.000 per botol.
Cap Tikus tidak hanya sebagai minuman penghangat tubuh, dalam perkembangan Cap Tikus dijadikan bahan yang dicampurkan pada beberapa masakan khas Minahasa.
Pada 2020 lalu, Pemerintah provinsi Sulawesi Utara bahkan menjadikan Cap Tikus sebagai bahan utama pembuatan hand sanitizer dalam penanganan pencegahan COVID-19.
Cap Tikus juga dijadikan bahan pembuat whisky oleh salah satu perusahaan di Manado.
Selain pria, para perempuan di Minahasa khususnya di daerah pegunungan dan memiliki suhu udara yang dingin biasanya meminum Cap Tikus untuk menghangatkan tubuh.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait