Fakta Cap Tikus, Minuman Khas Sulawesi Utara

Fabyan Ilat
Cap Tikus, minuman legendaris Sulawesi Utara. (Foto: Istimewa)

CAP Tikus adalah minuman beralkohol tradisional Minahasa dari hasil fermentasi dan distilasi Air Nira dari Pohon Aren (pinnata). Minuman ini sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Minahasa, dan umumnya di konsumsi oleh para Bangsawan atau oleh masyarakat umum dalam acara adat.

Banyak orang menduga Cap Tikus salah satu bahan utama pembuatan berasal dari hewan Tikus karena tertulis Tikus.

Namun, hal itu keliru karena penamaan Cap Tikus dimasa lalu memiliki kisah unik.

Berikut sejarah dan perkembangan Cap Tikus di Sulawesi Utara dirangkum iNewsManado.id:

Awal mula nama Cap Tikus masih jadi perdebatan oleh sejumlah kalangan didaerah Sulawesi Utara.

Namun, salah satu referensi dalam pagelaran seni tentang budaya Minahasa oleh Remy Sylado di Taman Ismail Marzuki 2012 silam, disebut Cap Tikus berawal dari masa penjajahan Belanda di Indonesia. 

Saat itu, para tentara Belanda disebut sering mendapat kiriman minuman beralkohol dalam rentang waktu beberapa bulan.

Karena menilai kiriman minuman beralkohol sangat lama, para tentara berinisiatif membuat minuman beralkohol di Sulawesi Utara.

Menurut data yang diambil Remy Sylado dari keterangan para tetua di Minahasa, para tentara Belanda mengajari masyarakat Minahasa untuk membuat Cap Tikus lewat sistem fermentasi.

Setelah beberapa percobaan dan upaya, akhirnya minuman beralkohol yang dibuat masyarakat Minahasa menyerupai minuman beralkohol dari Belanda, baik rasa dan warnanya. Disebut, minuman beralkohol dari Belanda botolnya putih dan warna minuman bening. Hal itulah yang berhasil dibuat masyarakat Minahasa. 

Pascadibuat, masyarakat Minahasa dan tentara Belanda belum menemukan nama yang tepat untuk minuman beralkohol jenis baru yang dibuat di Minahasa.

Saat itu, beberapa warga memerhatikan botol minuman beralkohol dari Belanda dan ada gambar tikus yang tertera.

Karena rasa dan warna minuman beralkohol yang dibuat masyarakat Minahasa sama dengan minuman beralkohol dari  Belanda, maka masyarakat menyebut Cap Tikus dengan mengacu gambar tikus yang menempel di botol minuman beralkohol dari Belanda.

Pada 7 Januari 2019, Christiany Paruntu bupati Minahasa Selatan saat itu melaunching Cap Tikus 1978 yang telah memeroleh izin dari BPOM dan jadi minuman legal untuk diperjualbelikan dengan kisaran harga di atas Rp50.000 per botol. 

Cap Tikus tidak hanya sebagai minuman penghangat tubuh, dalam perkembangan Cap Tikus dijadikan bahan yang dicampurkan pada beberapa masakan khas Minahasa.

Pada 2020 lalu, Pemerintah provinsi Sulawesi Utara bahkan menjadikan Cap Tikus sebagai bahan utama pembuatan hand sanitizer dalam penanganan pencegahan COVID-19.

Cap Tikus juga dijadikan bahan pembuat whisky oleh salah satu perusahaan di Manado. 

Selain pria, para perempuan di Minahasa khususnya di daerah pegunungan dan memiliki suhu udara yang dingin biasanya meminum Cap Tikus untuk menghangatkan tubuh.
 

Editor : Fabyan Ilat

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network