PARIS, iNews.id – Penyelidikan terhadap pelecehan seksual di Gereja Katolik Prancis menemukan bahwa sekira 216.000 anak telah menjadi korban pelecehan oleh pendeta sejak 1950. Hal itu diungkapkan Jean-March Sauve, kepala komisi yang menyusun laporan itu, pada Selasa (5/10/2021).
Pengungkapan di Prancis itu adalah yang terbaru dari serangkaian skandal pelecehan seksual di seluruh dunia yang mengguncang Gereja Katolik Roma, seringkali melibatkan anak-anak, selama 20 tahun terakhir.
Dalam presentasi publik dari laporan tersebut, yang dilakukan secara daring, Sauve mengatakan bahwa pelecehan tersebut sistemik.
“Gereja tidak hanya tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah pelecehan tetapi juga menutup mata, gagal melaporkan pelecehan dan terkadang secara sadar menempatkan anak-anak berhubungan dengan pemangsa,” katanya sebagaimana dilansir Reuters.
Laporan tersebut disusun oleh komisi yang dibentuk oleh para uskup Katolik di Prancis pada akhir 2018 untuk menjelaskan pelanggaran yang terjadi dan memulihkan kepercayaan publik terhadap Gereja pada saat jumlah jemaat berkurang. Komisi itu telah bekerja secara independen dari Gereja.
Sauve mengatakan masalahnya masih ada. Dia menambahkan bahwa Gereja sampai tahun 2000-an menunjukkan ketidakpedulian sepenuhnya kepada para korban dan baru mulai benar-benar mengubah sikapnya pada 2015-2016.
Sauve mengatakan komisi itu sendiri telah mengidentifikasi sekitar 2.700 korban, tetapi studi luas oleh kelompok penelitian dan jajak pendapat memperkirakan ada sekitar 216.000 korban. Jumlahnya bisa naik lebih jauh menjadi 330.000 jika termasuk pelecehan oleh anggota awam.
"Anda adalah aib bagi kemanusiaan kami," Francois Devaux, yang mendirikan asosiasi korban La Parole Liberee, mengatakan kepada perwakilan gereja pada presentasi publik laporan tersebut, sebelum Sauve turun ke bawah.
"Di neraka ini telah terjadi kejahatan massal yang keji... tetapi ada yang lebih buruk lagi, pengkhianatan kepercayaan, pengkhianatan moral, pengkhianatan terhadap anak-anak," kata Devaux, yang juga menuduh Gereja sebagai pengecut.
Editor : Fabyan Ilat