KEJADIAN Langka terkait letusan Matahari terjadi pada 15 Februari 2022. Kejadian itu dampaknya terkait semburan plasma raksasa sejauh 2,2 juta mil atau sekitar 3,5 juta km ke luar angkasa. Meskipun jarak Marahari dan Bumi cukup jauh sekitar 92 juta mil atau 148 juta km, efek semburan plasma yang dikenal sebagai badai Matahari harus diwaspadai.
Dikutip dari laman bgr.com, Sabtu (12/3/2022), peristiwa letusan Matahari yang menyeburkan plasma raksasa terekam Solar Orbiter Badan Antariksa Eropa pada 15 Februari 2022. Kemungkinan besar letusan terjadi pada sisi berlawanan dari Matahari sehingga semburan plasma mengarah menjauh dari Bumi.
Solar Orbiter menangkap gambar menggunakan Full Sun Imager. Instrumen ini merupakan bagian dari Extreme Ultraviolet Imager (EUI). FSI memberi ESA dan NASA pandangan penuh ke Matahari setiap kali melintas cukup dekat dengan cakram matahari.
Letusan matahari raksasa adalah pengingat yang gamblang tentang bagaimana volatilitas Matahari. Peristiwa itu ditangkap saat penonjolan matahari menyebar dari bola matahari. Penonjolan matahari sering dikaitkan dengan lontaran massa korona dari permukaan Matahari.
Kadang-kadang mereka terjadi menghadap Bumi dan itu mendatangkan malapetaka pada perangkat teknologi dan Bumi. Meskipun mungkin terdengar menakutkan, semburan matahari tidak akan menghancurkan planet Bumi.
Sebagian besar kejadian letusan Matahari yang dialami di masa lalu hanya menyebabkan badai geomagnetik. Para ilmuwan juga kadang-kadang menyebutnya badai matahari. Mereka terjadi ketika partikel bermuatan Matahari meluncur menuju Bumi.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait