“Fenomena La Nina beresiko ke produksi perikanan karena gelombang laut yang tinggi, cenderung diikuti dengan angin pasat yang menguat sehingga menahan aktivitas melaut bagi para nelayan," ujarnya.
Berdasarkan data historis, rata-rata produksi perikanan tangkap Sulampua pada La Nina sebesar 45,13 ribu ton, lebih rendah dibandingkan periode El Nino yang sebesar 49,54 ribu ton.
Tantangan lainnya, yakni fluktuasinya bahan baku produksi tinggi akibat ketergantungan terhadap cuaca, bagan baku pendukung hilirisasi ikan masih impor (canola oil, kaleng, sunflower oil), kebutuhan listrik untuk cold storage belum memadai dan persaingan perolehan bahan baku dengan industri di luar Sulampua.
Sementara itu, Sulut Olly Dondokambey melalui Sekretaris Daerah Provinsi Steve Kepel mengatakan kegiatan ini begitu penting untuk mendorong sektor perikanan di wilayah Sulampua.
“Urgensi rakorwil ini merupakan wujud nyata komitmen kita bersama perkuat sinergitas lintas daerah dalam rangka mendukung pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Sekertaris Daerah Sulut, Steve Kepel.
Kepel mengatakan, kawasan Indonesia Timur memiliki kekayaan laut yang melimpah, namun ada tantangan yang masih sangat besar, seperti keterbatasan infrastruktur hingga akses modal, untu itu Kepel berharap melalui rakorwil dapat merumuskan strategi untuk mempercepat peningkatan sektor perikanan.
“Diharapkan adanya inovasi hingga solusi yang efektif guna mengoptimalkan potensi yang ada,” pungkasnya.
Editor : Subhan Sabu
Artikel Terkait