LOLAK, iNewsManado.com – Ada dua versi tentang asal-usul kata "Bolaang". Versi pertama menyatakan bahwa "Bolaang" berasal dari kata "Golaang", yang berarti menjadi terang atau terbuka. Ini merujuk pada sinar matahari yang tidak lagi terhalang oleh pepohonan yang rimbun.
Versi kedua mengatakan bahwa "Bolaang" berasal dari kata "Bolango" atau "Balangon", yang berarti laut. Versi ini diperkuat oleh nama-nama seperti Bolaang Uki dan Bolaang Itang, yang keduanya terletak di tepi pantai.
Selain itu, "Mongondow" juga memiliki dua versi asal-usul. Versi pertama menganggap "Mongondow" berasal dari kata "Momondow", yang berarti suara atau teriakan keras. Versi kedua mengartikannya sebagai pekikan atau seruan tanda kemenangan.
Sementara, Kotamobagu berasal dari gabungan kata "kota" dan "mobagu" dalam bahasa Mongondow, yang berarti kota baru. Kota ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mempermudah pelayanan serta pembangunan.
Dilansir berbagai sumber pada Selasa (26/5/2024), Desa Bolaang terletak di tepi pantai utara dan pada abad ke-17 hingga akhir abad ke-19 menjadi pusat pemerintahan kerajaan. Sedangkan desa Mongondow terletak sekitar 2 km di selatan Kotamobagu.
Penduduk asli wilayah ini adalah keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta Tumotoibokol dan Tumotoibokat, yang awalnya tinggal di gunung Komasaan (Bintauna). Pada abad ke-8 dan ke-9, mereka mulai menyebar ke berbagai wilayah sekitarnya.
Setiap kelompok keluarga dipimpin oleh seorang Bogani, yang dipilih berdasarkan kemampuan fisik, keberanian, kebijaksanaan, dan tanggung jawab. Mokodoludut, punu’ Molantud, diangkat sebagai raja pertama berdasarkan kesepakatan para Bogani. Sejak masa pemerintahan raja pertama hingga ketujuh, masyarakat semakin maju dengan pengaruh luar. Pada masa Tadohe, istilah "Tompunu’on" diganti menjadi "Datu" (raja), dan sistem pertanian mulai berkembang dengan diperkenalkannya tanaman padi, jagung, dan kelapa oleh bangsa Spanyol.
Pada masa pemerintahan Raja Cornelius Manoppo pada tahun 1832, agama Islam mulai masuk ke Bolaang Mongondow melalui Gorontalo. Pengaruh Belanda mulai terlihat pada tahun 1901 di bawah pimpinan Controleur Anton Cornelius Veenhuizen, yang berusaha memasuki Bolaang Mongondow secara paksa. Raja Riedel Manuel Manoppo menolak campur tangan Belanda, sehingga Belanda melantik Datu Cornelis Manoppo menjadi raja.
Pada tahun 1904, jumlah penduduk Bolaang Mongondow tercatat sebanyak 41.417 jiwa. Pada tahun 1906, Sekolah Rakyat dibuka di beberapa desa dengan bantuan zending, dan pada tahun 1937, sebuah sekolah Gubernemen dibuka di Kotamobagu.
Masyarakat Bolaang Mongondow mengenal tiga cara gotong royong yang masih dipraktikkan hingga sekarang: Pogogutat, Tonggolipu', dan Posad. Mereka juga memiliki tradisi menyuguhi tamu dengan sirih pinang dan tarian penyambutan Kabela. Tarian tradisional lainnya termasuk Tari Tayo, Tari Joke', dan Tari Mosau.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait