JAKARTA, iNews.id - TBC masih jad momok di Indonesia. Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) merupakan salah satu upaya penting dalam eliminasi Tuberkulosis (TBC) 2030.
Hal itu diungkap Wakil Menteri Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono.
TPT diperlukan untuk mencegah sakit TBC, terutama bagi kelompok berisiko seperti kontak serumah dan orang dengan HIV (ODHIV).
Dokter Dante mengatakan bahwa dalam mengatasi hal tersebut, perlu adanya edukasi dan sosialisasi.
Kedua hal tersebut sangat perlu diberikan kepada masyarakat agar tidak semua orang yang terinfeksi kuman TBC akan mengalami gejala sakit TBC.
Kondisi ini disebut dengan infeksi laten tuberkulosis (ILTB) adalah suatu keadaaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis secara sempurna. Namun, mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC.
”Untuk mengatasi rendahnya cakupan TPT saya mengharapkan dukungan dan peran serta semua pihak, termasuk segenap anggota organisasi profesi kesehatan dalam memberikan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya TPT kepada segenap anggota organisasi profesi masing-masing dan kepada seluruh masyarakat,” ujar dr.Dante, dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Senin (14/2/2022).
Direktur Eksekutif Yayasan KNCV Indonesia dr. Jhon Sugiharto mengatakan pemberian TPT bagi populasi berisiko dapat mendukung dalam penurunan insiden kasus TBC.
Capaian TPT 2021 masih jauh di bawah target, padahal penggunaan TPT dapat berkontribusi dalam upaya eliminasi TBC di negara dengan beban TBC tinggi, seperti Indonesia.
”Yayasan KNCV Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan memberikan perbantuan teknis dalam mendukung perluasan implementasi TPT di 34 provinsi melalui proyek IMPAAC4TB dengan dukungan dana United,” katanya.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait