“Nah, karena tidak memperhitungkan risiko challenge yang diikuti, bisa jadi individu tersebut kurang kritis dalam memilah challenge yang berdampak negatif terhadap diri sendiri maupun orang di sekitar mereka,” Ikhsan menambahkan.
Hal ini dapat dipicu pula oleh rasa ingin tahu yang sangat besar, namun lagi-lagi, tidak diimbangi dengan kemampuan mempertimbangkan keputusan dengan tepat.
Terlebih, otak anak-anak dan remaja belum matang sepenuhnya. Mereka belum dapat memahami risiko dari tantangan viral seperti DDD challenge.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait