Setelah beberapa tahun di ladang misi, Schwarz mulai melirik pembangunan sekolah. Untuk mewujudkan hal ini, ia mengajak jemaat untuk membangun sekolah Kristen dan sekolah Alifuru khusus bagi yang belum menerima Injil. Rencana ini terwujud dengan baik berkat kerja sama dengan pemerintah waktu itu. Di kemudian hari sekolah Alifuru berubah menjadi sekolah zending. Dari situlah cahaya penginjilan bersinar sehingga para orangtua turut mengikutinya.
Pada tahun 1839, Schwarz menikah dengan Constans yang belakangan banyak membantunya dalam mempelajari bahasa Minahasa. Selain melayani di daerah tempat tinggalnya di Langoan, ia juga sering memberitakan Injil ke daerah-daerah lain, mendirikan sekolah, mengajar keterampilan dan kesehatan. Selain ke Manado, Kema dan Likupang bagian Utara, ia juga sampai ke pesisir Selatan seperti Belang Ratahan.
Di mana-mana ia berusaha mendirikan sekolah. Walau ia tidak terlalu pandai mengatur organisasi, tetapi ia memiliki jiwa yang besar dalam misi pelayanannya. Ia mengembara tidak henti-hentinya. Schwarz begitu sibuk dan selalu memikirkan pembentukan jemaat serta kebutuhannya termasuk gedung sekolah dan gereja, penataan dan penyusunan peraturan jemaat.
Riedel dan Schwarz adalah dua orang pelopor yang meletakkan dasar yang cukup kuat bagi jemaat-jemaat di Minahasa. Dalam 10 tahun pertama pelayanan mereka, sekalipun Reidel lebih berhasil dalam jumlah membaptis orang, namun dalam mendirikan jemaat dan sekolah termasuk luasnya wilayah pelayanan Schwarz jauh melebihi pelayanan Reidel.
Inilah hal yang paling menonjol dalam pelayanan Schwarz di samping keberhasilannya mengajarkan keterampilan teknik pertukangan, pertanian, kesehatan, dan membangun peradaban yang baik di Tanah Minahasa.
Johann Friedrich Riedel dengan istrinya (asal Haruku) tiba di Manado tanggal 12 Juni 1831. Bersama Residen Manado dan Ds. Gerrit Jan Hellendoorn mereka mengelilingi Minahasa untuk menentukan “pusat stasiun agama Protestan.” Pilihan jatuh di Tondano. Saat itu penduduk Tondano berjumlah empat ribu jiwa. Kota Tondano adalah pos pertama di Minahasa.
J.F. Riedel masih berdiam di Manado selama tiga bulan untuk mempelajari bahasa Tondano, sebelum ia menempati posnya pada tanggal 14 Oktober 1831. Kepala Walak Tondano-Touliang saat itu adalah Boeng Dirk Ratumbuijsang, istri P. Walalangi. Nicolaus Philipp Wilken dari Tomohon saat itu mengatakan: “… dalam tahun 1838 Kepala Walak Tondano sudah menjadi Kristen, yang turut memajukan serta merasa penting keagamaan Kristen.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait