MANADO, iNewsManado.com - Tari Cakalele akan diulas dalam artikel kali ini. Tari Cakalele merupakan tarian perang tradisional khas Maluku Utara.
Tari Cakalele berasal dari kata Caka yang berarti roh atau setan dan kata Lele yang berarti mengalir atau mengamuk (bahasa Ternate) ini ditampilkan pada saat berlangsungnya upacara adat masyarakat Maluku Utara.
Karena ada pengaruh dari kerajaan yang saat itu menyatukan beberapa wilayah, tarian Cakalele ini juga kemudian meluas dan mulai dikenal serta sering ditampilkan oleh masyarakat sekitar Maluku Utara, seperti Maluku Tengah (Ambon dan Seram) juga di daerah Sulawesi bagian utara (Minahasa).
Namun di daerah Minahasa, masyarakat di sana mengadaptasi tari Cakalele dan memasukkannya ke dalam tarian perang yang sudah dimiliki oleh masyarakat Minahasa tersebut yaitu tari Kabasaran.
Tari Cakalele digunakan untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup.
Sejarah Tari Cakalele dimulai pada beberapa abad lalu yang oleh masyarakat menggelar Tari ini sebagai pengantar sebelum mengarungi lautan. Para pelaut mengadakan ritual dengan mengadakan pesta makan, minum, dan berdansa, inilah yang dilambangkan dalam tarian Cakalele.
Sampai saat ini, menurut Clifford Geertz tarian ini menjadi bentuk ekspresi atas masyarakat Hulaliu yang meneruskan warisan kebudayaan dari para leluhur mereka.
Untuk properti Tari Cakalele, beberapa pria melakukan gerakan dengan memainkan properti berupa parang, tombak, dan salawaku atau senjata perisai tradisional Maluku.
Penari akan bergerak dengan bersemangat, mata melotot, melompat, dan berteriak-teriak seperti kesurupan.
Para penari bergerak dengan diiringi musik yang ritmis guna melengkapi keharmonisan alunan musik. Beberapa alat musik yang digunakan dalam tarian ini adalah gong, tifa, dan suling bambu.
Seluruh alat musik tersebut dimainkan dalam tempo dan ritme yang cepat sehingga penari akan bergerak dengan semangat mengikuti alunan musik yang dimainkan.
Dalam Tari Cakalele, penari pria umumnya menggunakan kostum dengan warna yang kontras yaitu merah dan kuning. Kain berwarna merah diikatkan pada bagian kepala, kemudian mereka bertelanjang dada dan hanya menggunakan kain berwarna kuning yang digunakan sebagai selempang.
Namun, seiring berjalannya waktu, kostum dari tarian ini mengalami perubahan pada kelengkapan kostum.
Keunikan Tari Cakalele, jika pada masa lalu dianggap sebagai simbol menghormati masyarakat melaut dan warisan nenek moyang, kini keunikan Tari Cakalele terletak pada unsur magisnya. Para penari dianggap kerasukan arwah nenek moyang.
Kini, Tari Cakalele fungsinya sebagai tarian adat menyanbut tamu kehormatan dalam setiap kegiatan yang digelar.
Editor : Fabyan Ilat