ADA APA HARI INI Membahas Rocky Gerung. Yup, Rocky Gerung menjadi populer dua tahun belakangan dengan kritikan pedas kepada kebijakan pemerintah.
Rocky Gerung menjadi tokoh pembeda dengan argument-argumen yang masuk akal terkait dengan kebijakan pemerintah dan dampak bagi masyarakat.
Rocky Gerung lahir 20 Januari 1959 dan merupakan seorang filsuf, akademisi, dan intelektual publik Indonesia. Dia pernah mengajar di Universitas Indonesia dan merupakan salah seorang pendiri Setara Institute dan fellow pada Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D).
Rocky Gerung mulai berkuliah di Universitas Indonesia pada tahun 1979.
Dia pertama kali masuk ke jurusan Ilmu Hubungan Internasional,[3] yang saat itu tergabung dalam Fakultas Ilmu-ilmu Sosial.
Namun, Rocky tidak menyelesaikan kuliahnya di jurusan tersebut. Alih-alih Rocky lulus sebagai Sarjana Sastra dari jurusan Ilmu Filsafat Universitas Indonesia.
Selama berkuliah, Rocky dekat dengan para aktivis berhaluan sosialis seperti Marsillam Simanjuntak dan Hariman Siregar.
Setelah lulus, Rocky kembali ke UI dan mengajar di Departemen Ilmu Filsafat, yang kini tergabung di dalam Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, sebagai dosen tidak tetap hingga awal 2015. Dia berhenti mengajar disebabkan keluarnya UU No. 14 tahun 2005 yang mensyaratkan seorang dosen harus minimal bergelar magister; sedangkan Rocky hanya menyandang gelar sarjana. Ia tercatat mengampu mata-mata kuliah seperti Seminar Teori Keadilan, Filsafat Politik, dan Metode Penelitian Filsafat; ia juga pernah mengajar pada program pascasarjana. Salah satu mahasiswa yang dibimbingnya adalah aktris Dian Sastrowardoyo.
Bersama tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Azyumardi Azra, Rocky ikut mendirikan Setara Institute, sebuah wadah pemikir di bidang demokrasi dan hak asasi manusia, pada 2005.
Dalam bidang politik, Rocky bersama Sjahrir dan istrinya, Kartini pernah mendirikan Partai Indonesia Baru (PIB) pada 2002.
Meski ikut mendirikan, ia tak aktif di kepengurusan partai. Belakangan, Rocky memutuskan keluar dan bergabung dengan Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) pada 2011. Dia didapuk sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai SRI.
Partai tersebut bermaksud mencalonkan Sri Mulyani untuk pemilihan presiden Indonesia 2014. Namun, SRI gagal melewati proses verifikasi administrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga tidak dapat mengikuti Pemilihan Umum 2014.
Rocky juga pernah mengetuai Sekolah Ilmu Sosial (SIS), sebuah sekolah nonformal yang mendidik siswanya untuk memahami realitas sosial secara interdisipliner, di bawah Yayasan Padi dan Kapas yang juga diketuai oleh Sjahrir. Pengajar di SIS ada sepuluh orang, beberapa di antaranya adalah Arief Budiman, Salim Said, dan Rahman Tolleng.
Editor : Fabyan Ilat