SITARO, iNews.id — Zaman dahulu, salah satu desa di Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Sitaro, dijuluki negeri ayam. Pasalnya, di desa tersebut, ayam merupakan satwa yang diagungkan hingga menjadi simbol dari asal-usul nama kampung di bawah kaki Gunung Tamata Siau tersebut.
Kapitalau (kepala desa) Yon Hendrik Pontolondo, menuturkan, Desa Lai berasal dari kata Laine yang artinya ekor ayam. "Konon dahulu Gunung Tamata menyerupai seekor ayam. Dimana, jika dilihat dari arah selatan, puncak gunung yang disebut Pusunge berbentuk kepala ayam dan memanjang ke utara yang ujungnya berada di posisi daratan berbentuk seperti ekor ayam atau disebut Laine. Oleh para leluhur dinamai Desa Laine," terang Yon, Jumat (3/12/2021).
Dia mengungkapkan, warga Laine dahulu hidup bercocok tanam dan ayam menjadi satwa yang diagungkan. Bagaimana tidak, leluhur melakukan ritual dari darah ayam jantan dengan harapan perkebunan menjadi subur bebas dari serangan hama. "Ritual dilakukan saat mulai berkebun. Para leluhur akan mengumpulkan ayam-ayam jantan kemudian diadu untuk bertarung. Mirip sabung ayam, namun tidak ada perjudian,” bebernya. Kemudian, lanjut dia, darah dari ayam dikumpulkan pada suatu wadah dan diletakan diatas batu. Seterusnya para leluhur pun menari dan bernyanyi. “Ini juga merupakan bentuk ibadah karena saat itu Injil belum masuk. Bahkan, saat kedukaan akan ada sabung ayam," ucapnya.
Editor : Kim Tawaang