BANDUNG, iNewsManado.com - Operasi Urologi pertama kalinya berhasil dilakukan di Indonesia. Operasi Urologi ini berhasil dilakukan di Rumah Sakit Melinda 2.
"Saat ini kami telah berhasil melaksanakan operasi penanaman alat inflatable penile prosthesis yang pertama di Indonesia. Di luar negeri sudah banyak digunakan, tapi di Indonesia ini tergolong baru," kata Dokter RS Melinda 2 Kuncoro Adi.
Operasi Urologi adalah operasi atasi disfungsi pria atau membantu kejantanan pria. Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan medis Indonesia yang patut diperhitungkan di kancah internasional.
Saat ini, operasi membantu kejantanan pria ini telah mendapat sertifikasi alat dari Kementerian Kesehatan. Diharapkan bisa membantu masyarakat Indonesia mendapatkan pelayanan gangguan ereksi yang tidak respons dengan obat-obatan atau dengan teknik pengobatan lainnya.
"Semoga ini dapat memberikan harapan baru untuk kesembuhan penderita dengan impotensi di kota Bandung-Jawa Barat," kata dia.
Diketahui, Inflatable penile Prosthesis atau disingkat dengan IPP, adalah suatu alat penile implant yang dapat dikembangkan dan dikempeskan sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan suatu sistem pompa bertekanan yang dapat di atur secara mandiri oleh pasien.
Untuk mengembangkan dan mengempiskan alat ini menggunakan cairan steril yang ditempatkan di di daerah pelvis atau rongga panggul pasien sebagai reservoir yang akan mengalir ke alat penile prosthesis. Sementara alat pengatur kekerasan penis akan ditempatkan di kantung kemaluan pasien.
Data di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepuasan pasien pada penggunaan alat penile prosthesis cukuplah tinggi, sekitar 80-90 persen.
Sementara di negara kita sendiri, Indonesia, dari suatu studi yang dilakukan di Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2019, prevalensi disfungsi ereksi pada group pria berusia 20–80 tahun cukuplah tinggi, berkisar pada 35 persen kasus.
Seperti halnya penggunaan alat-alat prosthesis lainnya di bidang kedokteran, risiko operasi prosthesis apapun di dalam tubuh manusia harus diantisipasi dan didiskusikan dengan dokter yang akan memasangkan alat prosthesis. Risiko terjadi malfunction (tidak bekerja nya alat setelah di pasang), infeksi, erosi alat prosthesis ini sebenarnya cukur rendah di bawah 10 persen kasus.
Editor : Fabyan Ilat