DI Indonesia keberadaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) sangat besar. GMAHK mayoritas penyebaran terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, seperti di Papua dan Sulawesi Utara.
Dibalik ini semua, ternyata pada awalnya perkembangan GMAHK dimulai pada 21 Mei 1863.
Dikutip berbagai Wikipedia, Gereja dipelopori oleh Hiram Edson, James S. White dan istrinya Ellen G. White, Joseph Bates dan J. N. Andrews.
GMAHK secara historis berasal dari pergerakan Miller yang bersifat antar-denominasi pada tahun 1840-an.
Antara tahun 1831 dan 1844, William Miller - seorang pengkhotbah awam dari Gereja Baptis dan mantan kapten angkatan laut dalam Perang tahun 1812 - melontarkan "kebangunan kedatangan kedua kali yang besar" yang akhirnya tersebar ke hampir seluruh dunia Kristen.
Berdasar pada penyelidikannya tentang nubuat dalam Daniel 8:14, Miller memperhitungkan bahwa Yesus akan datang kembali ke dunia ini pada tanggal 22 Oktober 1844.
Ketika Yesus tidak tampak di awan-awan pada tanggal tersebut, para pengikut Miller mengalami apa yang disebut dengan "Kekecewaan Besar."
Kebanyakan dari orang yang telah bergabung dengan pergerakan ini meninggalkanya dengan kekecewaan yang dalam. Namun, sedikit dari antaranya kembali ke Alkitab mereka untuk mencari tahu mengapa mereka harus mengalami kekecewaan.
Segera mereka menyadari bahwa tanggal 22 Oktober 1844 sebenarnya adalah tanggal tepat, tetapi ternyata Miller telah meramalkan peristiwa yang salah untuk tanggal itu. Mereka yakin bahwa nubuatan Alkitab tidak meramalkan bahwa Yesus akan datang kembali ke dunia pada tahun 1844, tetapi bahwa pada saat itu, Yesus akan memulai satu pelayanan khusus di surga bagi umat manusia.
Kelompok kecil "orang-orang yang menunggu kedatangan Yesus" ini mulai bertumbuh terutama di negara bagian New England, Amerika Serikat, dimana pergerakan Miller telah dimulai.
Dari kelompok kecil ini, yang menolak untuk menyerah sesudah "Kekecewaan Besar" muncul beberapa pemimpin yang mendirikan dasar dari apa yang kemudian dikenal dengan GMAHK.
Ellen G. White, seorang yang masih sangat muda pada waktu terjadinya "Kekecewaan Besar," bertumbuh menjadi seorang penulis, pembicara dan administrator yang berbakat, yang menjadi seorang penasihat rohani GMAHK selama tujuh puluh tahun sampai kematiannya pada tahun 1915.
Orang Advent yang mula-mula percaya seperti yang dimiliki orang Advent sekarang ini bahwa Ellen G. White menerima tuntunan khusus Tuhan sementara dia menulis nasihat-nasihatnya untuk perkumpulan orang percaya yang sedang bertumbuh itu.
Pada tahun 1860, di Battle Creek, Michigan, perkumpulan yang tidak terikat dari orang-orang yang menunggu kedatangan Yesus ini memilih nama Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan pada tanggal 21 Mei 1863 secara resmi mengorganisasikan perkumpulan mereka menjadi sebuah organisasi Gereja dengan 3.500 anggota.
Pada mulanya, pekerjaan ini sebagian besar terbatas hanya untuk wilayah Amerika Utara sampai tahun 1874 hingga misionari Gereja Advent yang pertama, J.N. Andrews, diutus ke Swiss. Kemudian Afrika dengan segera dimasuki pada tahun 1879 ketika Dr. H.P. Ribton, yang baru saja bertobat di Italia, berpindah ke Mesir dan membuka sekolah, tetapi proyek itu berakhir ketika kerusuhan terjadi di sekitar mereka.
Gereja Advent pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1900. Seorang pendeta Metodis Amerika bernama R. W. Munson, yang telah bekerja di Birma dan di Singapura, masuk menjadi seorang Adventis setelah sembuh penyakitnya di sebuah rumah sakit Advent di Amerika.
Atas permintaannya ia menjadi misionaris Advent di Asia Tenggara, lalu pada tahun 1900 ia menetap di Padang. Dari Padang, ajaran Advent dibawa ke Tanah Batak oleh Immanuel Siregar, putera orang Batak yang pertama masuk Kristen pada tahun 1861. Karena di Padang Munson mengalami perlawanan sengit, ia pindah ke Sumatera Utara dan pada tahun 1904 membuka pekerjaan penginjilan di kota Medan.
Di pulau Jawa, Adventisme pertama kali disebarkan di Surabaya tahun 1906 oleh "Sister" Petra Tunheim, seorang misionaris dari Australia. Pada tahun 1912, Gereja-gereja Advent yang pertama di Indonesia dibentuk di Sumberwekas, Jawa Timur dan di Kramat Pulo, Jakarta Pusat.
Sister Tunheim menjadi penyelia pengabar penginjil di Jawa Barat. Pada masa itu, pemerintah Belanda masih melarang pengabar penginjil ganda, sehingga upaya membuka pusat misi di Sukabumi dan di Bandung gagal.
Tahun 1910 diterbitkan sebuah majalah bernama Oetoesan Kebenaran Melajoe atas usaha Sim Gee Nio, seorang penginjil dari Singapura.
Majalah itu kemudian tahun 1917 berganti nama menjadi Pertandaan Zaman. Gereja Advent masuk ke Minahasa tahun 1921 dengan dibaptisnya Samuel Rantung dan seorang pemuda Sunda bemama M.E. Diredja, ke Maluku tahun 1922 dengan dibaptisnya P. Pietersz, seorang mantan tentara asal Saparua yang telah menjadi guru Injil Advent di Jawa, ke Tapanuli tahun 1921, ke Lampung tahun 1926, dan Kalimantan.
Pertumbuhan Gereja Advent di Indonesia maju pesat, sehingga pada tahun 1929 wilayah itu dilepaskan dari Malayan Union (Uni Malaka) dan menjadi "Union" tersendiri. Pada tahun itu juga dibuka Sekolah Pendidikan di Cimindi, Bandung, guna mendidik penginjil-penginjil. Pada masa itu jumlah pengikut Advent di Indonesia sudah hampir 3.000 orang. Mereka kebanyakan adalah orang yang sebelumnya sudah masuk Kristen, dari golongan Tionghoa, Indo-Eropa, dan dari suku-suku yang sudah dikristenkan, seperti Batak, Minahasa, dan Ambon.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait