LONDON, iNews.id – Brand Adidas sedang menuju chaos di China. Penjualan brand dari merk tersebut anjlok diawal 2022 dan membuat kestabilan perusahaan tidak baik di China.
BACA JUGA: Resmi! Chelsea Dibeli Konsorsium Amerika Serikat Rp75 Triliun
Dilansir Reuters, penguncian Covid-19 telah mengurangi permintaan dan mengganggu rantai pasokan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Penjualan juga terkena boikot pada perusahaan seperti Adidas karena menghindari kapas dari Xinjiang atas laporan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uyghur, yang dibantah Beijing.
Kepala Eksekutif Adidas Kasper Rorsted malu-malu tentang dampak dari reaksi pelanggan, tetapi bos Puma (PUMG.DE) Bjorn Gulden mengakui bahwa itu akan membatasi pertumbuhan.
BACA JUGA: Amerika Serikat Siapkan Paket Senjata Rp2,2 Triliun untuk Ukraina
Kesulitan di China membantu menjelaskan mengapa Adidas mengalami kesenjangan penilaian dengan pesaing lokalnya. Termasuk utang, nilainya 10 kali lipat dari EBITDA 2022, menurut perkiraan Refinitiv, dibandingkan dengan sekitar 15 kali untuk Li Ning (2331.HK), merek pakaian olahraga yang didirikan oleh mantan Olimpiade China.
Menutup kesenjangan membutuhkan transparansi yang lebih besar tentang apakah Covid-19 atau boikot adalah penyebab yang lebih besar. (Oleh Dasha Afanasieva)
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait