BUCHAREST, iNews.id – Rumania mengantisipasi adanya radiasi nuklir efek perang Rusia dan Ukraina. Kementerian Kesehatan Rumania telah mengumumkan pembagian pil potasium yodium kepada semua penduduk, hingga usia 40 tahun, termasuk bayi.
Negara anggota Uni Eropa (UE) itu bergabung Finlandia, Bulgaria, Belgia dan beberapa negara lain yang juga telah menyediakan obat-obatan tersebut kepada penduduk mereka di tengah serangan Rusia di Ukraina.
Kampanye untuk mengajari warga tentang cara menyimpan dan mengelola tablet anti-radiasi itu akan dimulai di negara itu pekan ini. Mariupol Pil itu dapat membantu mengurangi dampak radiasi pada sistem tubuh manusia. Ancaman perang nuklir tampaknya menjadi alasan keputusan pemerintah itu.
“Distribusi tablet akan dimulai pada paruh kedua April setelah prosedur hukum yang relevan ditetapkan,” ungkap pernyataan Kementerian Kesehatan Rumania.
Para pejabat tidak menyebutkan alasan pemindahan tersebut, tetapi menunjukkan bahwa “saat ini, tidak ada bahaya yang mengharuskan penggunaan pil-pil ini.” Rumania berbagi perbatasan sepanjang 614 kilometer dengan Ukraina yang mengoperasikan empat pembangkit listrik tenaga nuklir. Setelah konflik Ukraina, Uni Eropa mendesak negara-negara anggotanya menimbun pil yodium yang dengan cepat menjadi produk yang langka.
Obat-obatan lain terkait dengan radiasi juga telah disebutkan UE untuk ditimbun bersama pakaian pelindung nuklir. Brussels juga mengatakan pihaknya meningkatkan persiapan untuk menghadapi kemungkinan serangan kimia atau biologi. Pada awal Maret, kebakaran di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhskaya Ukraina, yang telah direbut pasukan Rusia, menjadi berita utama internasional. Api dengan cepat dipadamkan, dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan, "Tidak ada dampak kritis pada keselamatan di fasilitas itu.”
Moskow juga menunjukkan mereka telah menggagalkan upaya, yang disebut radikal Ukraina, untuk memotong pasokan listrik ke bekas pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl yang menjadi lokasi bencana nuklir paling dahsyat di dunia pada 1986. Rusia menempatkan senjata nuklirnya dalam siaga tinggi beberapa hari setelah meluncurkan operasi militernya di Ukraina.
Moskow menyebut "pernyataan agresif" yang dibuat NATO dan sanksi keuangan yang keras yang dijatuhkan pada Moskow oleh Barat. Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina. Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali wilayah pemberontak dengan paksa.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait