JAKARTA, iNews.id - Obesitas bukan saja dialami oleh orang dewasa, melainkan pada anak-anak juga, termasuk bayi dan balita. Obesitas telah menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Lalu, apa penyebabnya?
Dokter spesialis anak dr Winra Pratita mengatakan, obesitas pada anak terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang dikeluarkan. “Sehingga, terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak,” ujarnya dalam paparan di acara virtual ‘Media Briefing: Hari Obesitas Sedunia 2022’ beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, obesitas pada anak dapat memberikan efek yang buruk. Sebab, anak-anak yang obesitas cenderung mengalami komplikasi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mulai dari risiko sakit kepala, kurang percaya diri, depresi, asma, kolesterol tinggi, darah tinggi, penyakit jantung, hingga diabetes tipe 2.
Untuk menghindari hal itu, dr Winra membeberkan cara-cara mencegah obesitas bagi bayi dan balita. “Saya anjurkan pada bayi 0-12 bulan diberikan air susu ibu (ASI) eksklusif sampai usia 6 bulan dna pemberina MPASI (makanan pendamping ASI) yang tepat,” ujarnya.
Di samping itu, hindari memberikan minuman manis atau makanan selingan yang tidak sehat. Kemudian, untuk bayi berusia 12-24 bulan, hindari memberikan minuman manis, konsumsi jus, dan susu yang berlebihan.
“Kadang ada anak yang obesitas, minum susunya sampai lebih dari satu liter per hari. Padahal, di atas satu tahun hanya dianjurkan 500-600 ml susu yang bisa dikonsumsi per hari,” kata dr Winra.
Lebih lanjut, cobalah membiasakan anak makan bersama di meja makan sebanyak 3x per hari, dan pastikan anak mengonsumsi buah dan sayur yang cukup. Orangtua juga boleh memberikan makanan selingan yang sehat dan tidak berkalori tinggi sebanyak dua kali.
Selain itu, sambung dia, biasakan juga memberikan minum berupa air putih untuk anak bila mereka haus. Hal ini untuk mengurangi konsumsi minuman manis pada anak dan menghindari kebiasaan minum-minuman manis.
“Anak juga harus mempunyai kesempatan untuk aktif bermain di luar. Jadi, batasi nonton TV, tidak meletakkan TV di kamar anak. Selain itu, membuat jadwal penggunaan media, membatasi nonton TV, hanya kurang dari 1 atau 2 jam per hari,” ucapnya.
Editor : Norman Octavianus
Artikel Terkait