MANADO, iNewsManado.com – Viralnya kasus kematian akibat mengonsumi minumal beralkohol dibeberapa desa di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, mendapat tanggapan dari Kapolda Sulut Irjen Yudhiawan.
Kapolda dalam wawancara dengan wartawan berharap peran serta tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda juga organisasi terkait lainnya untuk turut melakukan edukasi kepada masyarakat.
“Minuman beralkohol yang tidak berizin tentunya tidak diketahui bahayanya jika diminum. Kadar alkohol juga tidak diketahui apakah layak untuk dikonsumsi,” ujarnya Sabtu (4/5/2024).
Dia menambahkan, kematian akibat mengonsumsi minuman beralkohol di Sulawesi Utara, tentunya harus jadi perhatian bersama.
“Di sini (Sulut) kan Captikus merupakan kearifan lokal. Nah, bahayanya jika minuman itu dicampur atau oplosan dengan ditambah kandungan zat lain yang berbahaya. Namanya minuman tradisional, tentu punya dampak bukan saja di Sulut. Didaerah lain yang memiliki minuman tradisional, kasus kematian akibat mengonsumsi dengan dioplos menyebabkan kematian,” jelasnya.
Sekadar diketahui, viralnya beberapa kasus kematian diduga karena mengonsumsi minuman beralkohol di beberapa desa di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, memunculkan kepanikan di tengah masyarakat. Adanya kesimpangsiuran data dan keterangan yang muncul di sosial media, menjadi tanda tanya publik Sulawesi Utara.
Pihak Rumah Sakit Siloam Sonder yang diketahui menangani beberapa pasien yang meninggal karena mengonsumsi Minuman beralkohol memberikan penjelasan terkait kejadian tersebut.
Dokter Boy Andre Paendong, Kabag Medis dan Keperawatan RS Siloam Sonder diwawancara mengatakan, pihaknya sempat menangani beberapa pasien yang meninggal yang oleh beberapa netizen mengklaim karena meneguk Captikus.
“Sesuai data, rumah sakit siloam memang menangani pasien yang meninggal dengan memiliki riwayat telah mengonsumsi alkohol jenis Captikus (keterangan dari keluarga). Tetapi, pada saat penanganan, pasien itu mengonsumsi minuman beralkohol dua atau tiga hari sebelum dibawa ke rumah sakit,” jelas Dokter Boy kepada iNewsManado.com, Kamis (2/5/2024).
Dia mengungkapkan, pihaknya tidak menangani pasien yang sedang mabuk dan meninggal di rumah sakit.
“Jadi ketika datang ke rumah sakit, para pasien rata-rata datang dengan keluhan sakit kepala, mata kabur, pusing, sesak nafas, penurunan kesadaran, bahkan ada yang kejang. Itu pernyataan keluarga kepada tim medis kami. Kemudian kami tangani,” bebernya.
Ditanyakan apakah kematian pasien yang ditangani RS Siloam Sonder akibat Minuman keras, Dokter Boy Paendong memberikan penjelasan.
“Kami tidak bisa memutuskan pasien meninggal karena Minuman keras. Sebab, untuk membuktikan itu harus dilakukan otopsi untuk menentukan apakah meninggal karna minuman keras yang memiliki zat kimia berlebihan atau di capur dengan zat-zat berbahaya lainya. Karena ketika dilakukan otopsi akan diketahui penyebab kematian pasien, apakah karena minuman keras atau ada penyakit lain,” ungkap dia.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait