JAKARTA, iNews.id - Saat anak-anak melakukan aktivitas terlebih lagi di luar rumah, alas kaki sangat berguna untuk melindungi kaki dari benda tajam, menyangga bobot tubuh, di samping itu juga tentunya membantu berjalan.
Oleh karena itu, bagi orangtua sebaiknya saat memilih sepatu anak jangan asal. Sebab, hal ini berhubungan dengan kenyamanan kaki dan tumbuh kembang kaki anak.
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Depok, Dr. Amien Suharti, Sp.KFR, belum lama ini, memberikan rekomendasi dalam pemilihan sepatu anak, yang terdiri dari tiga tahapan. Pertama, pre-walking shoe, di mana di masa ini anak masih tidak memerlukan sepatu.
Selanjutnya, toddler shoe, yakni sepatu pertama si kecil. Di masa ini anak mulai memerlukan sepatu karena sudah banyak berjalan. Sepatu yang diperlukan adalah sepatu yang nyaman.
Disarankan untuk memilih sepatu toddler yang berasal dari bahan kulit atau kanvas, sehingga anak pun nyaman memakainya. Kemudian di masa school age, dr. Amien merekomendasikan memilih sepatu yang memiliki peredam dan proteksi.
Dalam memilih sepatu anak, usahakan tidak memilih sepatu yang bertali karena khawatir tali sepatu terinjak dan anak pun jatuh. Juga menghindari kerepotan dalam memakai sepatu jenis ini.
Selain itu, pilih bahan sepatu yang bisa menyesuaikan bentuk kaki. Sepatu dengan sol antislip juga dianjurkan untuk dijadikan pilihan. Termasuk sepatu yang ringan dan fleksibel. Lebih penting lagi, pilih sepatu yang pas ukurannya dengan kaki anak.
Dokter Amien menerangkan, perkembangan kaki anak saat lahir, yakni bentuk kaki sedikit calcaneo valgus dengan tidak ada lengkung. Saat mulai berjalan lemak pada sisi medial menyembunyikan lengkung tersebut. Barulah 2-3 tahun kemudian mulai terbentuk lengkung kaki.
Nah di usia 3,5-9 tahun adalah masa krusial. Sehingga di masa ini orang tua perlu memastikan apakah ada kelainan patologis kaki ceper/flat foot, dan membedakan fleksible atau kaku/rigid pada kaki anak.
"Pada umumnya anak berjalan saat usia 1 tahun dengan pola jalan lutut yang lebih lurus, langkah lebar, foot-plat. Saat usia 3,5 tahun pola berjalan anak akan berkembang seperti dewasa," kata dokter spesialis rehabilitasi medik RSUI ini.
Kelainan pola jalan yang harus diwaspadai adalah seperti pincang, intoeing kaki seperti masuk atau mengarah ke dalam, toe out kaki mengarah ke luar, ataupun anak jalan seperti jinjit. Penanganan rehabilitasi medik pada anak dengan kelainan kaki memerlukan orthose atau alat bantu penyangga tubuh pada beberapa kondisi.
"Di unit rehabilitasi medik terdapat pengukuran analisis pola berjalan untuk mengevaluasi adanya kelainan. Untuk penanganan gangguan ini, pada beberapa kondisi tertentu dapat diperlukan alat orthose untuk mengontrol kesegarisan dan memperbaiki fungsi dan melindungi kaki," ujar dr. Amien.
Untuk pemilihan orthose ini terdapat modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi kaki anak. Terkait latihan di unit rehabilitasi medik yang diperuntukkan bagi anak dengan kelainan kaki, di antaranya latihan peregangan otot kaki seperti manual calf stretch, wall stretch, towel/long sit stretch, serta latihan kekuatan otot seperti squat play, bicycle, playing ball, dll.
Sementara itu, terkait kebiasaan masyarakat yang suka membedong bayi dengan maksud untuk meluruskan kaki anak, dr. Muhammad Deryl Ivansyah, Sp.OT, menegaskan bahwa saat ini para ahli mengatakan tindakan bedong justru berbahaya.
"Permasalahan bedong ini bukan pada kaki, melainkan di panggul. Bedong dapat menyebabkan hip dysplasia atau panggul yang berubah bentuk, ini sangatlah berbahaya. Sejak tahun 1990-an pemakaian bedong di Jepang sudah tidak diperbolehkan," ujar dr. Deryl dari RSUI.
Editor : Norman Octavianus
Artikel Terkait