BEIJING, iNews.id – Langkah fenomenal dilakukan para ilmuwan China dari Institut Teknik dan Teknologi Biomedis Suzhou. Para ilmuwan mengembangkan rahim buatan yang dipantau pergerakannya dengan artificial intellegence (AI) atau kecerdasan buatan.
Terletak di dalam kubus berisi cairan kaya nutrisi, embrio yang sedang berkembang tumbuh sementara pengasuh merawatnya dan dengan hati-hati memantau kesehatannya saat menjadi janin.
Namun, ini bukan lingkungan normal bagi embrio untuk tumbuh, ini adalah rahim buatan dan pengasuh robotik yang digerakkan oleh AI. "Rahim buatan ini akan membawa bayi hingga cukup bulan, menghilangkan kebutuhan untuk kehamilan pada ibu dan meningkatkan keamanan perkembangan embrio," kata para ilmuwan seperti dilansir, IFL Science, Selasa (1/2/2022).
Ilmuwan berharap, rahim buatan ini tidak hanya akan membantu lebih memahami asal usul kehidupan dan perkembangan embrio manusia, tetapi juga memberikan dasar teoretis untuk memecahkan masalah cacat lahir dan masalah kesehatan reproduksi utama lainnya.
“Sistem pemantauan online kultur embrio in vitro dapat melacak dan merekam karakteristik morfologis dari proses perkembangan tanpa mempengaruhi perkembangan embrio, dan memberikan dasar untuk evaluasi perkembangan embrio dan optimalisasi sistem kultur in vitro, ” tulis ilmuwan di South China Morning Post.
Dengan diizinkannya penelitian ini, ahli biologi mengembangkan embrio selama lebih dari 14 hari dengan tinjauan etika yang ketat. Perangkat ini melibatkan sistem wadah cairan yang kompleks, tempat embrio berkembang, dibantu oleh serangkaian pengontrol cairan dan dilengkapi dengan oksigen.
Di atas kultur adalah perangkat optik yang mampu memperbesar embrio dan memantaunya dengan detail. Ini juga akan memberikan informasi pertumbuhan penting kepada pengasuh yang digerakan dengan kecerdasan batan.
Berdasarkan informasi ini, AI bahkan dapat menentukan peringkat embrio pada kesehatan dan potensi secara keseluruhan, jika para peneliti menginginkannya.
Saat ini penelitian dilakukan pada embrio tikus atau hewan lainnya. Karena hukum internasional melarang eksperimen semacam itu dilakukan pada manusia.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait