KUE Tamo menjadi bagian penting dalam pelaksanaan Pesta Adat Tulude yang jadi agenda tahunan setiap 31 Januari.
Dikutip berbagai sumber, Kue Tamo adalah warisan leluhur etnis Nusa Utara.
Kue Tamo dalam Pesta Adat Tulude dilambangkan banyak hal, terutama karena digambarkan sebagai batang pohon besar yang tinggi dan agung menjadi tempat berteduh, selain itu akar, kulit dan daunnya digunakan sebagai obat penawar dari segala jenis penyakit.
Kue Tamo menjadi simbol berkat Tuhan Yang Maha Esa. Pun, dalam Pesta Adat Tulude, pemotongan Kue Tamo dilakukan prosesi ritual adat.
Sementara itu, masyarakat suku Sangihe mengadakan upacara adat Tulude sebagai momen untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas berkat yang diberikan, baik dalam bidang kelautan dan perikanan, maupun pertanian.
Kue Tamo dibuat dengan menggunakan hasil bumi. Termasuk buah-buahan, seperti salak, pala, kelapa dan lainnya.
Jika ditinjau berdasarkan kacamata historis, upacara Tulude ini, dulunya dipenuhi dengan berbagai hal atau ritual yang berbau mistis. Akan tetapi, dengan masuknya agama di tengah masyarakat Sangihe, khususnya protestanisme yang dibawa oleh pihak Belanda, maka hal-hal mistis tersebut lambat laun bergeser menjadi perayaan yang bersifat religius.
Meskipun demikian, sebagian masyarakat Sangihe masih mempercayai apa yang disebut dengan kekuatan jahat, hal-hal yang berbau mistis atau yang sarat dengan okultisme.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait