BOLMONG, iNewsManado.com - Keberagaman masyarakat di Sulawesi Utara sudah jadi buah bibir sehingga daerah ini menjadi salah satu provinsi dengan tingkat toleransi tinggi di Indonesia.
Salah satu menarik untuk dibahas adalah keberadaan suku Bali di daerah Bolaang Mongondow (Bolmong). Di kabupaten ini, keberadaan suku Bali cukup dominan dibeberapa desa. Bahkan, suku Bali di Bolmong merupakan salah satu penggerak ekonomi masyarakat.
Lalu apa yang membuat suku Bali berada di kabupaten yang berjarak sekira 4 jam dari Manado, ibukota provinsi Sulawesi Utara itu?
Dikutip berbagai sumber terpercaya, keberadaan suku Bali di Bolmong diawali adanya peristiwa meletusnya Gunung Agung di Bali pada tahun 1963 silam.
Pasca bencana itu, pemerintah Bolmong menawarkan lahan di lembah dumoga bagi masyarakat Bali yang terdampak erupsi Gunung Agung. Gayung bersambut, tawaran itu diterima dan berdatangan lah sekira 1.352 masyarakat Bali ke tempat itu. Mereka berasal dari Kabupaten Karangasem, Buleleng, Badung, dan Bangli.
Kedatangan suku Bali di Bolmong tersebut membuat mereka memanfaatkan lahan yang awalnya hutan lebat menjadi lahan pertanian sawah.
Kawasan tersebut yang menjadi tempat tinggal transmigran suku Bali dinamai Desa Werdhi Agung. Dari Kota Manado, desa ini berjarak tempuh sekira 6 jam. Seiring perkembangannya, lahan pertanian kian meluas dan penduduk kian bertambah. Tak heran, hingga kini mata pencaharian masyarakat di sini adalah petani beras.
Meski telah berada di luar tanah leluhur, namun masyarakat di Werdhi Agung tetap membawa tradisi dan ritual agama Hindu seperti di Bali ke Bolmong.
Bukan saja di Werdhi Agung, dengan adanya kawin-mawin, beberapa keturunan suku Bali mulai berpindah dan membangun desa lain di sekitar Werdhi Agung.
Pun, ciri khas Suku Bali dengan adanya sejumlah Pure di rumah penduduk, jadi pemandangan menarik penduduk lokal di Bolmong.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait