JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (Apcasi) Dikki Akhmar mengungkapkan, cangkang sawit Indonesia diminati banyak negara, seperti Jepang, Thailand, Taiwan, Korea Selatan, dan China. Namun pasar ekspor terbesar cangkang sawit Indonesia adalah Jepang.
Dia menuturkan, pascatragedi gempa bumi Fukushima, pemerintah Jepang melarang mendirikan pembangkit listrik tenaga nuklir. Ini membuat Jepang mulai melirik biomassa cangkang sawit sebagai sumber bioenergi untuk pembangkit listriknya.
Dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia diuntungkan dari kebutuhan Jepang tersebut.
"Jepang memberikan suatu kebijakan untuk tidak lagi membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, tetapi meningkatkan jumlah pembangkit listrik yang menggunakan biomassa," kata dia dalam Market Review IDX Channel, Senin (29/11/2021).
Dikki menjelaskan, pertumbuhan listrik biomassa di Jepang saat ini semakin meningkat. Hal itu seiring kebijakan energi Jepang yang yang menetapkan 24 persen pemenuhan energi di Jepang pada 2030 harus berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT).
Pada 2019, Jepang sudah membangun 33 pembangkit listrik. Kemudian pada 2020 meningkat menjadi 41 pembangkit listrik. Sementara pada tahun ini meningkat jadi 48 dan 2022 ditaregtkan meningkat menjadi 58 pembangkit.
"Dengan sendirinya kebutuhan cangkang sawit akan semakin meningkat karena jumlah pembangkit listrik yang menggunakan biomassa semakin bertumbuh di Jepang," tuturnya.
Menurut dia, pembangkit listrik biomassa di Jepang ada yang menggunakan cangkang sawit hingga 100 persen, ada juga yang 30 persen dikombinasikan dengan wood pellet, dan 70 persen menggunakan cangkang sawit.
"Itu yang membuat frekuensi atau volume cangkang sawit kita makin lama makin besar dibutuhkan di negara Jepang," ujarnya.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait
