Terungkap! Tyson Fury mendapat suntikan kromosom di kedua sikunya sebelum meng-KO Deontay Wilder dalam trilogi Kelas Berat WBC. Gypsy King mempertahankan gelar Kelas Berat WBC-nya dengan kemenangan KO ronde ke-11 atas musuh bebuyutannya itu di Las Vegas bulan lalu.
Tidak banyak yang tahu bahwa sebelum meng-KO Deontay Wilder, juara bertahan Kelas Berat WBC itu mengalami rasa sakit yang 'tak tertahankan' sehingga dia harus mendapatkan suntikan di kedua sikunya.
"Sejujurnya, itu bukan pertandingan tinju, kan? Karena Tyson terluka sangat parah menjelang pertarungan itu. Dia harus disuntik kromosom di kedua sikunya. Kedua sikunya mati rasa dan dia sudah menjalani operasi," kata John Fury, ayah Tyson Fury kepada BT Sport.
Rasa sakit di siku Fury membuatnya tidak dapat secara efektif memanfaatkan pukulannya yang biasanya cepat dan kaku. "Dia berkata, 'Saya tidak bisa bertinju, saya tidak bisa melepaskan pukulan saya. Jika saya meleset dengan tusukan rasa sakit, itu akan membuat saya lemas. Saya tidak akan bisa melawan,''bebernya.
''Rasa sakit ketika saya melemparkan jab, itu tak tertahankan. Jadi saya melawan dua orang di sana. Saya melawan rasa sakit di tubuh saya sendiri dan dia. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah mendekat dan berperang.' Dia berkata, 'Saya tahu saya ingin menang lebih dari dia.''
"Dan begitulah, katanya, 'Cari dan hancurkan atau hancurkan.' Itu moto saya, katanya. Dia mendapatkan saya atau saya mendapatkan dia. Semuanya keluar melihat di ronde kelima ketika saya mendapat knockdown.''
Rasa sakit di siku Fury begitu parah sehingga dia harus menjalani operasi enam jam untuk meredakannya. ''(Operasi) enam jam sepanjang hari untuk memilah sikunya karena saya pikir dia memiliki beberapa taji tulang yang harus kami singkirkan. [Sebuah] hal yang biasa di olahragawan, terutama di petinju. Dan, ya, dia cacat sejak awal..''
"Tapi di sisi tinju, itu keluar dari jendela. Karena saya tahu itu akan menjadi seperti itu sejak awal. Ketika saya melihat sorot matanya, dia hanya ingin menghancurkan. Carilah dan hancurkan.''
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait