JAKARTA, iNews.id - Salah satu produsen vaksin Covid-19 asal Amerika Pfizer baru saja merilis kabar terbaru terkait kemanjuran pil antivirus yang sedang dikembangkan.
Dari uji klinis pil eksperimental Covid-19 yang mereka lakukan, diklaim telah menunjukkan hasil positif.
Seperti dikutip NBC News, Senin (8/11/2021), dalam rilisnya pil antivirus buatan Pfizer yang dikombinasikan dengan obat HIV dosis rendah (ritonavir) disebutkan bisa dapat mengurangi resiko keparahan penyakit infeksi Covid-19.
Dengan kata lain dapat menurunkan resiko rawat inap atau kematian akibat Covid-19 hingga 89 persen pada pasien beresiko tinggi, contohnya kelompok orang lanjut usia, orang dengan obesitas, hingga pengidap diabetes tipe 2.
Merujuk pada kemampuan pil antivirus tersebut, Chief Executive Pfizer, Albert Bourla menyebutkan pil antivirus itu sebagai ‘game changer’.
“Data ini menunjukkan bahwa kandidat antivirus oral kami, jika disetujui oleh pihak berwenang, berpotensi menyelamatkan nyawa pasien, mengurangi keparahan infeksi Covid-19, dan menghilangkan peluang hingga sembilan dari sepuluh resiko rawat inap (akibat Covid-19),” ujar Albert.
Pfizer diketahui hanya merilis data ke publik lewat siaran pers, tapi tidak mempublikasikan data seluruhnya dari uji klinis. Di sisi lain, John Sanders, kepala penyakit menular di Atrium Health Wake Forest Baptist menilai, idealnya penting bagi para ahli dari pihak di luar Pfizer untuk meneliti hasil uji klinis.
Namun John tetap menyambut positif dan menganggap informasi awal dari Pfizer tersebut adalah kabar yang luar biasa.
“Ketersediaan antivirus oral yang bisa mengurangi resiko rawat inap dan kematian pada pasien berisiko tinggi hingga sebesar 89 persen akan berdampak besar pada cara kita menangani infeksi Covid-19,” ujar John.
Pfizer berencana secepat mungkin akan meminta Food and Drug Administration (FDA) terkait persetujuan kombinasi obat.
Obat yang diklaim Pfizer paling efektif di tiga hari pertama munculnya gejala Covid-19 ini dikatakan lebih lanjut rencananya akan dipasarkan di Amerika Serikat dengan nama Paxlovid dan akan hadir dalam bentuk pil yang dikonsumsi dua kali sehari selama lima hari.
Editor : Norman Octavianus
Artikel Terkait