JAKARTA, iNewsManado.com - Kisah hidup Bustaman pantas disimak. Bagaimana tidak, perjuangan dia melawan kerasnya hidup berbuah manis.
Bustaman merupakan pendiri restoran sederhana yang pernah jadi tukang cuci piring. Kisahnya yang penuh perjuangan tersebut bisa dijadikan inspirasi dalam berbisnis.
Bukan tanpa kegigihan, ia memulai bisnis Rumah Makan Padang Sederhana benar-benar dari bawah hingga bisa sesukses saat ini. Lantas, bagaimana kisah Bustaman dalam mendirikan Rumah Makan Padang Sederhana? Simak cerita lengkapnya berikut ini.
Di sejumlah kota di Indonesia, kita pasti bisa menemukan restoran yang menjual aneka masakan khas Padang, Sumatera Barat dengan mudah, termasuk Rumah Makan Padang Sederhana.
Tidak langsung besar seperti saat ini, jaringan Rumah Makan Padang Sederhana awalnya berdiri di atas lahan menggunakan sebuah gerobak pada tahun 1972.
Pendirinya adalah Bustaman, pria kelahiran Tanah Datar, Sumatra Barat 11 September 1942 yang hanya lulusan sekolah dasar. Sebelum membuka Rumah Makan Padang Sederhana, Bustaman bekerja serabutan di Jambi dengan sang istri.
Beragam profesi, seperti pekerja di kebun karet, berjualan koran, tukang cuci di rumah makan, hingga pedagang asongan telah ia coba bersama sang istri Fatimah demi menyambung hidup.
Setelah dari Jambi pada tahun 1970, Bustaman dan Fatimah akhirnya memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, ia berjualan rokok menggunakan gerobak di pinggir jalan.
Namun karena harus berpindah tempat berjualan, penghasilan Bustaman menurun drastis. Ia pun putar otak untuk menjajaki profesi lain, yakni berjualan makanan khas Padang di atas lahan yang disewanya sebesar Rp3.000 bersama sang istri di kawasan Benhil, Jakarta Pusat.
Tak langsung sukses, Bustaman juga pernah memiliki pengalaman buruk, di mana penghasilannya dari berjualan pernah dijarah oleh karyawannya saat itu.
Warungnya juga pernah terbakar dan ia sempat merasakan diusir oleh Satpol PP saat masih berjualan dengan gerobak.
Tak berhenti di situ, Bustaman harus berurusan dengan keluarganya yang saat itu mencoba mengusik usahanya dengan merebut warungnya.
Namun berkat kerja keras dan konsistensi, ia akhirnya mampu membesarkan rumah makan Padang yang ia dirikan. Selang 6 tahun setelah didirikan, Bustaman mampu membuka cabang kedua dari warung makannya di daerah Rawamangun.
Nama ‘Sederhana’ disematkan sebagai nama rumah makan miliknya karena kata tersebut termasuk kata yang mudah diingat oleh banyak orang dan begitu menggambarkan kondisi rumah makannya saat itu.
Beberapa tahun kemudian, ia bahkan berhasil mendirikan perusahaan yang menaungi sejumlah restoran Padang yang ia kelola. Saat ini, Rumah Makan Padang Sederhana telah memiliki sekitar 200 gerai dan 3.000 karyawan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Tak berhenti di situ, Rumah Makan Padang Sederhana juga berekspansi ke mancanegara dengan membuka gerai di Malaysia.
Menjadi restoran dengan jumlah kunjungan yang sangat tinggi, nama Rumah Makan Padang Sederhana kini banyak ditiru oleh kompetitor hingga menimbulkan sejumlah sengketa.
Meskipun begitu, Mahkamah Agung telah menetapkan kepemilikan nama Warung Makan Padang Sederhana menjadi milik Bustaman pada 2014. Beberapa dekade berdiri, Warung Makan Padang Sederhana telah berinovasi dengan 40-50 jenis menu masakan khas Padang.
Bustaman dan sang istri juga masih ikut memantau kualitas hidangan meskipun kini perusahaan telah dikelola oleh anak-anak mereka.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait