JAKARTA, iNewsManado.com - Ketua Komisi Pemberantasan korupsi (KPK), Firli Bahuri, secara resmi telah menjadi tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap eks Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Firli menghadapi ancaman hukuman seumur hidup sesuai Pasal 12B, dengan denda minimal Rp 200 juta dan maksimal Rp 1 miliar. Kombes Ade Safri, Dirreskrimsus Polda Metro Jaya, menyatakan bahwa Firli dipersangkakan Pasal 12e atau Pasal 12B.
"Pasal 12B ayat 1, di ayat duanya disebutkan bahwa pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana yang dimaksud ayat 1, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama 20 tahun," ungkap Dirreskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri , Rabu (22/11/2023).
Selain itu, Firli juga dijerat Pasal 11 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang dapat mengakibatkan hukuman penjara satu hingga lima tahun, serta denda antara Rp 50 juta hingga Rp 250 juta.
Polda Metro Jaya tengah menyelidiki pertemuan antara Firli dan Syahrul di lapangan badminton sebagai bagian dari kasus pemerasan ini. Sejak adanya pengaduan masyarakat pada 12 Agustus, polisi telah memeriksa 91 saksi. Kasus ini berawal dari dugaan pemerasan terkait korupsi di Kementerian Pertanian pada tahun 2021.
Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo, menyarankan agar Firli segera mundur dari jabatannya sebagai Ketua KPK setelah ditetapkan sebagai tersangka. Menurutnya, langkah ini lebih baik untuk kebaikan KPK agar tidak terbebani masalah hukum.
“Firli akan nonaktif dari posisinya (setelah jadi tersangka, red). Oleh karena itu sebaiknya Firli mundur daripada jadi beban KPK," kata Yudi kepada wartawan, Kamis, (23/11/2023).
Diharapkan bahwa penetapan Firli sebagai tersangka dapat memberikan harapan cerah bagi upaya pemberantasan korupsi ke depan. Langkah ini dianggap sebagai langkah positif menuju masa depan yang lebih baik dalam upaya memberantas tindak pidana korupsi.
Polda Metro Jaya telah menyelesaikan gelar perkara, menetapkan Firli sebagai tersangka berdasarkan bukti yang cukup, termasuk keterangan saksi dan bukti elektronik. Rangkaian kasus ini dimulai dari aduan masyarakat pada 12 Agustus 2023, yang kemudian mengalami serangkaian tahap penyelidikan hingga penetapan status menjadi penyidikan pada 6 Oktober 2023.
Editor : Subhan Sabu