Hardiansyah. (Foto: Dokumen Pribadi)
OLEH: Hardiansyah Rahman
NIM: 21304039
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Negeri Manado
Pada maret 2020, dunia menghadapi masalah global dengan munculnya penyakit atau sindrom pernapasan akut yang parah (SARS-CoV-2) yang disebabkan oleh Virus Corona bermula dari provinsi Wuhan, China. Penyebaran virus corona yang luas dan cepat, dalam waktu singkat mampu menyebar keberbagai penjuru dunia tidak terkecuali di Indonesia.
BACA JUGA: Pasca Ditangkap Polisi, Ini Penampakan Perampok Money Changer Manado
Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada senin, 2 maret 2020. Saat itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit virus COVID-19 yakni, perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun.
Kasus pertama tersebut diduga berawal dari pertemuan perempuan 31 tahun itu dengan WN Jepang yang masukke wilayah Indonesia pada 14 Februari 2020. Penyebaran Virus Corona di Indonesia semaikin lama semakin menyebar secara aktif di berbagai wilayah, membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya untuk menghentikan gerak penyebaran virus di masyarakat Indonesia.
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah tersebut berdampak pada semua bidang sektor mulai dari sektor ekonomi, kesehatan, sosial, politik dan khususnya pendidikan. Kebijakan dalam sekmen pendidikan diupayakan bersinergi dengan kebutuhan dan kepentingan pencegahan COVID-19.
Selama masa pandemic COVID-19 yang berlangsung di Indonesia, pelaksanaan system pembelajaran pada satuan Pendidikan mengalami perubahan bentuk operasional yang digeneralisasi melalui kebijakan pembelajaran dan mengikut pada kebijakansosial, yaitu social distancing hingga berujung pada himbauan lockdown.
BACA JUGA: 1 Desember 2021, BCA Blokir Kartu ATM Lama
Social distancing memberi pembatasan ruang dan waktu terhadap system kegiatan pembelajaran pada setiap jenjang Pendidikan. Pada 16 maret 2020 diberlakukan kebijakan dalam sektor pendidikan yaitu meliburkan segala aktivitas di sekolah. Segala aktivitas terkait pembelajaran dikelas, dialihkan ke pembelajaran virtual/online atau sejak lama dikenal sebagai pembelajaran jarak jauh (distance learning) atau pembelajaran daring “dalam jaringan”. Bentuk pembelajaran ini juga dapat dimaknai sebagai pembatasan akses Pendidikan dimana pembelajaran dilakukan dengan interaksi secara langsung antar unsur beralih menjadi pembelajaran interaksi tidak langsung.
Pembelajaran “daring” yang tetapkan pemerintah masih berjalan sampai hari ini di satuan pendidikan mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, sampai jenjang Perkuliahan. Pelaksanaan pembelajaran daring dalam kondisi pencegahan penyebaran COVID-19 memberi warna khusus pada masa perjuangan melawan virus ini. Namun demikian, dalam proses pelaksanaannya dilapangan pembelajaran daring memiliki banyak dampak yang di timbulkan. Dampak yang ditimbulkan dari pembelajaran daring ini bervariasi, mulai dari dampak positif hingga negative. Dampak positif dari pembelajaran daring terhadap prestasi dimasa pandemic diantaranya, meningkatkan kemandirian siswa/mahasiswa dalam mencari informasi baru mengenai pembelajaran, mengajarkan sebagian siswa/mahasiswa disiplin waktu, dan mengasah pola pikir siswa dalam mengembangkan kemampuan akademiknya sendiri. Dampak negative pembelajaran daring terhadap prestasi siswa/mahasiswa diantaranya membuat siswa/mahasiswa kesulitan belajar dalam memahami materi, karena sebagian besar guru yang menggunakan metode penugasan dalam pembelajaran bagi siswa/mahasiswa.
Dengan demikian, timbul pro dan kontra terhadap pembelajaran daring. Siswa (jenjang prasekolah hingga jenjang menengah) berekspresi pada tatanan teknis pelaksanaan kegiatan belajar dan penyelesaian tugas pembelajaran yang beralih seluruhnya menjadi pembelajaran daring terasa menjadi pekerjaan rumah (PR) karena seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran yang berlangsung dirasa lebih lama bahkan bisa lebih intens. Selain itu terungkap pula ekspresi perasaan kejenuhan dan kebosanan yang timbul karena keinginan untuk segara berinteraksi dengan komunitas belajar di sekolah.
Berbeda dengan mahasiswa sebagai komunitas belajar yang jauh lebih mandiri mengekspresikan sikap dan perilaku produktif. Mereka menjalani aktivitas akademik dengan menunjukan keragaman beradaptasi sesuai factor yang mempengaruhi ruang belajar.
Rangkaian perkuliahan didominasi dengan berbagai aplikasi digital. Hal ini mengakibatkan potensi mahasiswa dalam bidang IT meningkat lebih mapan karena tuntutan pembelajaran berbasis online.
Para tenaga pendidik (guru-dosen) juga mengekspresikan dan mendeskripsikan kesiapan mereka dalam memulai pembelajaran walau hanya berbasis online. Komitmen mengajar ditunjukan dengan persiapan terdahulu dalam memulai pembelajaran dan menyelesaikan evaluasi sesuai kondisi pandemic. Semua tenaga pendidik baik jenjang SD sampai Perkuliahan mencoba untuk meng-upgrade pola mengajarnya, agar lebih menarik dan juga kreatif selama masa pembelajaran daring.
Pembelajaran daring yang dilakukan menjadi perubahan yang tidak dapat dipresediksi karena terjadi dalam jangka waktu yang cepat, setiap individu harus dapat menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan yang terjadi selanjutnya. Perubahan dimasa pandemic ini adalah wujud tranformasi tidak terduga yang akan mewarnai perkembangan dinamika pembelajaran pada seluruh jenjang di kemudian hari. Pada akhirnya setiapindividuakanterbiasa dan bahkanmenjadikanperubahan ini sebagai momentum titikpermulaan dalam beradaptasi dengan perubahan dalam pendidikan di masa mendatang.
BACA JUGA: Ajaib, Anjing Shina Miliki DNA Serigala Jepang yang Punah 115 Tahun Silam
Kondisipembelajaran pada masa pandemic menjadi pembelajaran bahwa perubahan dalam sekmen pendidikan akan terus terjadi sesuai dengan perkembangan masa serta situasi dan kondisi yang di alami suatu bangsa maka dari itu perubahan ini harus dapat dimanfaatkan dengan bijaksana terkait perubahan polaberpikir serta polabelajar yang lebih bermakna sehingga dapat dimaksimalkan dengan produktivitas seseorang. Pada akhirnya, kajian ini menegaskan bahwa setiap perubahan dalam system pembelajaran dapat menimbulkan kondisi baru dan memiliki keterkaitan dengan kondisi sebelumnya serta menjadi titik baru untuk masa akan datang, maka setiap unsur yang terkait harus dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut demi mewujudkan keberhasilan pembelajaran secara komprehensif.
REFERENSI
-Tim Deticom. 2020. “Kapan Sebenarnya Corona Pertama Kali Masuk RI?”.https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-corona-pertama-kali-masuk-ri. Diakses pada 14 Oktober 2021 pukul 19.37
-Tim Metro Tempo. 2020. “Dampak Negative dan Positif Pembelajaran Jarak Jauh selama Pandemi Covid-19”. https://metro.tempo.co/read/1391861/dampak-negatif-dan-positif-pembelajaran-jarak-jauh-selama-pandemi-covid-19. Diakses pada 14 Oktober 2021 pukul 19.54
-Ulfia, Lily. 2020. “Dinamika Pembelajaran “Daring” Pada Masa Pandemi Covid 2019”. https://iainkendari.ac.id/index.php/content/detail/dinamika_pembelajaran_daring_pada_masa_pandemi_covid. Diakses pada 14 Oktober 2021 pukul 20.37
Editor : Fabyan Ilat