MANADO, iNews.id – Kata Keode, seringkali kita jumpai disetiap interaksi masyarakat di Sulawesi Utara.
Kata Keode awalnya merupakan sebuah kata makian oleh etnis Sangihe dan juga menjadi bahasa tradisional masyarakat di kepulauan.
Keode kini seiring perkembangan zaman, bukan saja sebagai makian tetapi telah berubah fungsi berupa kata sapaan spontan, kata pelengkap dalam interaksi dimasyarakat lintas usia.
Dikutip dari https://ejournal.unsrat.ac.id dalam satu karya ilmiah ditulis Herol H Pareda, Golda J. Tulung dan Leika M. V. Kalangi, makian Keode ada variasi bunyi dalam berinterkasi mulai dari bentuk lingual, penyingkatan sampai menjadi akronim.
Makian keode bisa berupa keo, keodnya, keade yang umum disebutkan bukan saja warga di Sangihe, namun di Sulawesi Utara.
Di kota Bitung tepatnya di Madidir terdapat komunitas orang Sangihe atau Sangir yang hampir setiap hari banyak penutur mulai dari para remaja, kawula muda-mudi, dan bahkan sampai orang tua menggunakan makian Keode dalam berinteraksi, ditemukan dalam sebuah percakapan bercanda sambil bersenda gurau menyelipkan kata keode.
Editor : Fabyan Ilat
Artikel Terkait