get app
inews
Aa Text
Read Next : Hasil Survei Antara: E2L-HJP Unggul di Kotamobagu dan Bolmong! Ini Data Lengkapnya

Ini Keberagaman di Bolmong Raya yang Jarang Diketahui, Sejarah Etnis Jawa dan Bali di Sulut

Selasa, 05 April 2022 | 12:00 WIB
header img
Rumah ibadah yang dibangun berdampingan di Mopuya Selatan. (Foto: Istimewa/Faizal Amu)

Multi Etnis di Dumoga Raya

Dumoga Raya merupakan daerah ikonik Toleransi di Bolmong Raa bahkan Sulawesi Utara. Migrasi penduduk ke suatu wilayah tertentu merupakan suatu fenomena akibat adanya pembangunan sarana transportasi dan komunikasi. Penduduk akan berpindah menuju daerah-daerah yang menyediakan fasilitas penunjang maupun tersedianya pasaran kerja. Salah satu program yang ada adalah Transmigrasi dimana program ini telah mulai dijalankan pada 1950. Salah satu lokasi penempatan transmigrasi adalah Kecamatan Dumoga. Penduduk yang dipindahkan umumnya berasal dari Jawa dan Bali.

Mopuya merupakan lokasi penempatan transmigran Jawa mulai dibangun pada tahun 1971-1972. Sebagai proyek nasional, lokasi ini dibangun rumah-rumah transmigran serta bangunan penunjang lainnya seperti sekolah, rumah ibadah dan tempat pertemuan.

Transmigran Jawa yang ditempatkan di desa transmigrasi Mopuya didatangkan dalam beberapa kelompok antara lain: kelompok pertama pada September 1972 sebanyak 100 KK dari Bojonegoro. Gelombang kedua pada Oktober 1973 berasal dari Madiun, Bojonegoro, Kediri, Banyuwangi, Semarang, Pekalongan dan Pati sebanyak 200 KK. Gelombang ketiga pada Januari 1974 berasal dari Jember, Lumajang, Malang dan Blitar dengan jumlah 100 KK.

Sedangkan pada tahap terakhir ditempatkan transmigran yang berasal dari Bali khususnya dari Kabupaten Denpasar, Klungkung, Jembrana dan Gianyar. Mereka ditempatkan di bagian barat berdekatan dengan Desa Mopugad yang ditempati oleh transmigran dari Bali.

Ketika Gunung Agung di Bali meletus sebagian penduduk dipindahkan ke wilayah Bolaang Mongondow khususnya di Desa Werdhi Agung. Sebagai transmigran, umumnya mereka masih memelihara budaya mereka seperti Pura dan sistem bercocok tanam mereka yang dikenal dengan subak.

Pemukiman mereka juga sampai sekarang masih menampakkan ciri khas sebagai orang Bali, bentuk tersebut seperti dinding dan atap rumah yang meniru bentuk aslinya, demikian pula halnya dengan pagar dan gapura dengan rumah mereka. Hal ini sangatlah menonjol sehingga memudahkan mengenal komunitas Bali yang ada di Werdhi Agung dan Kembang Merta.

 

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut