get app
inews
Aa Text
Read Next : Hasil Survei Antara: E2L-HJP Unggul di Kotamobagu dan Bolmong! Ini Data Lengkapnya

Ini Keberagaman di Bolmong Raya yang Jarang Diketahui, Sejarah Etnis Jawa dan Bali di Sulut

Selasa, 05 April 2022 | 12:00 WIB
header img
Rumah ibadah yang dibangun berdampingan di Mopuya Selatan. (Foto: Istimewa/Faizal Amu)

DAHULUNYA Wilayah Bolaang Mongondow sangat luas, sebelum terjadi pemekaran yang akhirnya membuat wilayah tersebut terbagi 5 kabupaten dan kota.

Pemekaran dilakukan dari daerah asalnya Bolaang Mongondow (Bolmong) sehingga melahirkan Kota Kotamobagu, Bolmong Timur, Bolmong Selatan dan Bolmong Utara.

BACA JUGA: Polri Bentuk Satgas Minyak Goreng, Ini Penjelasan Kapolri

Sebelumnya, keberagaman baik agama dan etnis di Bolmong Raya telah tercatat dalam perjalanan kehidupan masyarakat di sana. Kemajemukan tercipta di daerah Bolmong Raya yang mayoritas didiami penduduk dengan agama Islam dan suku Mongondownya.

 

Berikut sejumlah keberagamana yang terjadi di Bolmong Raya yang jarang diketahui dirangkum iNewsManado dari berbagai sumber:

 

Bangunan Wuwuk ikon pemukiman Minahasa

Bangunan Wuwuk salah satu desa di Bolmong Timur yang merupakan bukti sejarah. Di desa ini, awal mulanya merupakan lahan pertanian yang diolah sejumlah petani yang berasal dari Desa Wuwuk, Minahasa Selatan. Pemukiman Minahasa yang ada di Bangunan Wuwuk Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow ini diperkirakan ada sejak awal abad ke-20. Pada mulanya, keberadaan mereka diperuntukkan untuk membantu pembangunan pemukiman para buruh kontrak yang didatangkan dari daerah Jawa. Hingga sekarang, budaya daerah asal Minahasa masih terus dipelihara di wilayah ini. Salah satunya adalah bentuk rumah yang juga merupakan representasi dari arsitektur tradisional rumah Minahasa yang ada di Desa Wuwuk Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa sebagai daerah asal mereka.

BACA JUGA: Kejagung Bongkar Korupsi Pengadaan Pesawat, Dirut Garuda dan Dua Mantan Komisaris Diperiksa

Desa Liberia dan Purworejo merupakan Permukiman Jawa

Desa Liberia dan Purworejo telah jadi ikon keberadaan etnis Jawa di Tanah Mongondow. Didua desa ini, mayoritas penduduk adalah keturunan Jawa, bahkan bahasa yang digunakan setiap hari merupakan Bahasa Jawa.

Para kuli kontrak yang berasal dari Jawa umumnya terbujuk mulut manis makelar pencari kerja yang dengan mahir mempengaruhi penduduk desa agar mau dijadikan kuli kontrak. Salah satu tujuan pengiriman buruh kontrak adalah di daerah perkebunan kopi di Modayag. Berbeda dengan yang terjadi di Deli, karena setelah kekuasaan Hindia Belanda berakhir di daerah Bolaang Mongondow, atas perintah raja maka buruh kontrak yang ada di Desa Liberia dan Purworejo tetap mengolah tanah perkebunan tersebut. Sampai saat ini, budaya masyarakat di sana masih mencerminkan budaya Jawa.

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut