get app
inews
Aa Text
Read Next : Ilmuwan Korea Selatan Temukan Cara Hilangkan Kanker, Ini Hasil Penelitiannya

Ini Asal Usul Rica di Sulawesi Utara

Senin, 10 Februari 2025 | 11:55 WIB
header img
Asal Usul Rica di Sulawesi Utara. Foto/Istimewa

MANADO, iNEWSMANADO.ID – Rica atau Cabai, si pembawa sensasi pedas yang melegenda dalam kuliner Sulawesi Utara, ternyata menyimpan narasi sejarah yang tak kalah menggigit. Tak sekadar bumbu, kehadirannya adalah cerminan dari gelombang kolonialisme yang mengubah peta rasa Nusantara. Cabai—si buah panas dari Amerika—bukanlah tamu asli bumi Minahasa. Ia adalah oleh-oleh perjalanan bangsa Eropa yang merambah dunia, menyebar lewat jalur dagang, misi agama, dan pertarungan kekuasaan. 

Dikutip berbagai sumber, sebelum Columbus menjejakkan kaki di Benua Amerika pada 1492, lidah Eropa belum akrab dengan sensasi pedas cabai. Sang penjelajah, yang berlayar atas nama Spanyol, membawa pulang "emas merah" ini ke daratan Eropa. Tak butuh lama, cabai merambah biara-biara dan kebun gereja, lalu menjadi komoditas yang dibawa ke Asia oleh pedagang Portugis dan Spanyol. Di Nusantara, dua bangsa ini bukan hanya mencari rempah—mereka juga menanam pengaruh, termasuk melalui cita rasa. 

Sejarawan kuliner Fadly Rahman mengungkap dua teori masuknya cabai ke Sulawesi Utara. Pertama, melalui Portugis yang mendarat di Maluku untuk menguasai perdagangan cengkeh dan pala. Kedua, lewat Spanyol yang menguasai Filipina sebelum merambah Sulut. "Jalur niaga mereka dari Amerika ke Asia menjadi pintu masuk cabai dan jagung, mengubah pola tanam dan selera lokal," jelas Fadly. 

Portugis tiba pertama kali di Pulau Manado Tua pada 1563, membawa serta Injil, cabai, dan tomat. Tak mau kalah, Spanyol menyambangi Talaud dan Siau, menyebarkan Katolik sambil memperkenalkan tanaman baru. Meski sama-sama berdalih misi religius, persaingan mereka di Sulut memanas bak cabai—terutama memperebutkan akses ke Maluku, surga rempah-rempah. 

Ivan Kaunang, sejarawan Universitas Sam Ratulangi, menceritakan bagaimana Spanyol akhirnya lebih lama bercokol di Minahasa. Namun, kekerasan dan kesewenangan mereka memicu pemberontakan. Para Waraney (ksatria Minahasa) bersatu, mengusir Spanyol dalam perang 1644-1645. "Ini menjadi katalis bagi Minahasa untuk berkoalisi dengan Belanda pada 1679, menjadikan VOC sebagai tameng dari ancaman Spanyol," papar Ivan. 

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut