KASUS Penularan Omicron terus terjadi. Belum cukup, kini muncul varian baru Omicron bernama BA.2 yang disebut sebagai Omicron Siluman. Sebenarnya seperti apa Omicron Siluman ini?
Dikutip dari laman Health, Minggu (27/2/2022), dijelaskan bahwa omicron siluman memiliki sifat genetik tertentu yang membuatnya lebih sulit diidentifikasi sebagai omicron pada tes diagnostik, khususnya reaksi berantai polimerase (PCR) tes.
Menurut John Sellick, ahli epidemiologi dan profesor kedokteran di Universitas di Buffalo/SUNY, virus ini dapat terdeteksi tetapi untuk mengetahui varian sebagai omicron sulit diklarifikasi.
Dalam kasus ini varian BA.2 tidak selalu menghindari deteksi, hanya klasifikasi kadang-kadang. Julukan "omicron siluman" dianggap tidak logis oleh Gary Whittaker, profesor virologi di Cornell University.
Menurut John Sellick, ahli epidemiologi dan profesor kedokteran di Universitas di Buffalo/SUNY, virus ini dapat terdeteksi tetapi untuk mengetahui varian sebagai omicron sulit diklarifikasi.
Dalam kasus ini varian BA.2 tidak selalu menghindari deteksi, hanya klasifikasi kadang-kadang. Julukan "omicron siluman" dianggap tidak logis oleh Gary Whittaker, profesor virologi di Cornell University.
Sebab julukan "omicron siluman" mungkin berguna bagi para ilmuwan di lingkungan laboratorium, tetapi tidak begitu banyak secara klinis. Artinya, itu tidak akan mengubah hasil tes covid-19 positif atau perawatan yang dilakukan.
Sementara itu terkait varian baru BA.2 ini, apakah perlu dikhawatirkan? Dalam pernyataan kepada Washington Post, juru bicara Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengklarifikasi bahwa BA.2 menjadi proporsi virus yang beredar sangat rendah di Amerika Serikat dan global.
Sehubungan dengan begitu sedikit informasi tentang BA.2, dan begitu sedikit kasus secara keseluruhan. Sulit untuk mengetahui apa yang akan terjadi pada versi terbaru omicron.
"Kami tidak akan mengetahui banyak detail sampai kami memiliki lebih banyak kasus BA.2," kata Dr Sellick. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa orang-orang yang belum divaksinasi mungkin berada pada risiko tertinggi tertular varian ini.
Editor : Fabyan Ilat