MANADO, iNewsManado.com - Tradisi pemakaman unik dari Suku Minahasa akan dijabarkan pada artikel Selasa (24/10/2023).
Tradisi pemakaman di Minahasa seiring perkembangan waktu, terjadi peralihan. Dimasa lalu, tradisi pemakaman Suku Minahasa dipengaruhi dan diwariskan nenek moyang orang Minahasa.
Dalam laporan dari situs Indonesia.go.id, diketahui bahwa suku Minahasa memiliki tradisi pemakaman yang berbeda dari daerah lain di Indonesia. Mereka tidak mengubur jenazah di dalam tanah seperti biasanya, melainkan menggunakan batu sebagai tempat peristirahatan terakhir.
Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-9 dan dapat ditemui di Taman Purbakala Waruga Sawangan. Saat ini, taman ini telah menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Kabupaten Minahasa Utara. Sejak tahun 1977, 143 pemakaman telah dikumpulkan di tempat ini.
Dalam bahasa Minahasa, Waruga terdiri dari dua kata, "waru" yang berarti rumah, dan "ruga" yang berarti badan. Ini menggambarkan bahwa Waruga adalah tempat di mana badan kembali ke surga. Waruga didesain sebagai kotak berongga dengan penutup segitiga di atasnya. Penutup tersebut juga memiliki ukiran yang mencerminkan profesi jenazah saat masih hidup.
Di dalam Waruga, satu atau lebih jenazah ditempatkan, dan jumlah jenazah dapat diketahui dari ukiran garis di penutup Waruga. Beberapa jenazah juga dimakamkan bersama dengan harta benda seperti piring, gelas, dan perkakas lainnya, yang ditempatkan di dalam lemari kaca atau rumah panggung khas Minahasa di sebelah makam.
Yang unik, posisi jenazah di dalam Waruga tidak terlentang; tubuhnya diletakkan dengan tumit bersentuhan dengan pantat, dan mulut seolah mencium lutut. Posisi ini menyerupai bayi di dalam rahim ibu dan menggambarkan filosofi bahwa manusia mengakhiri kehidupan seperti saat ia memulai kehidupan.
Selain itu, jenazah di dalam Waruga dihadapkan ke arah utara, yang merupakan penanda bahwa nenek moyang suku Minahasa berasal dari utara.
Awalnya, tradisi pemakaman Waruga hanya untuk mereka yang memiliki status sosial tinggi, tetapi seiring berjalannya waktu, semua orang dapat menggunakan Waruga.
Editor : Fabyan Ilat