JAKARTA, iNews.id - Kartini Manoppo adalah istri kedelapan Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.
Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mangondow, Sulawesi Utara. Dia lahir pada 19 Maret 1931 di Kotamobagu, Selawesi, Hindia Belanda. Kartini Manoppo pernah bekerja sebagai pramugari Garuda Indonesia.
Kartini Manoppo wafat di Jakarta pada 14 April 1990 dan dimakamkan di pemakaman umum di Kelurahan Kotobangun, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu.
Kartini Manoppo cenderung tertutup tentang kehidupan pribadinya, bahkan pernikahannya dengan Soekarno pun dilakukan secara diam-diam.
Hal itu lantaran dirinya berasal dari keluarga terhormat di Sulawesi Utara yang dimana keberadaan istri kedua atau ketiga adalah hal yang tabu. Hal tersebut sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.
Kisah cinta Soekarno dan Kartini Manoppo berawal dari lukisan Lady With Kebaya yang di lukis oleh pelukis Basuki Abdullah.
Sementara modelnya adalah Kartini Manoppo, seorang pramugari Garuda Indonesia, lukisan itu lah membuat awal mula percintaan pramugari Garuda Indonesia dengan Presisden Soekarno.
Setelah melihat lukisan tersebut pada suatu kesempatan, Soekarno langsung jatuh hati pada wanita yang menjadi model lukisan tersebut.
Akhrinya Soekarno mencari tahu identitas dan alamat rumahnya wanita yang dilukis langsung oleh Basuki Abdullah, tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Soekarno untuk mendekati sang model tersebut.
“Engkau sungguh luar biasa!” puji Soekarno ke Kartini seperti dikutip dari buku Istri- istri Soekarno karya Reni Nuryanti.
Soekarno akhirnya sudah mengenal lebih dalam Kartini dan langsung ditugaskan di pesawat kepresidenan, Dolok Martimbang, Kartini menemani Soekarno hampir setiap perjalanan sang presiden, kecuali jika salah satu istrinya ikut dalam penerbangan bersamanya.
Setelah mengenal lebih lama dengannya, Soekarno pun menjadikan Kartini sebagai istrinya pada tahun 1959.
Namun, Kartini dikirim ke Jerman untuk menghindari kemelut politik di tanah air, kemudian Kartini melahirkan seorang anak laki-laki pada tahun 1967 yang bernama Totok Suryawan Soekarnoputra.
Editor : Norman Octavianus