MANADO, iNewsManado.com - Santapan rohani Kristen pada Senin (10/10/2022) membahas kitab Wahyu 16:1-21. Dalam pembacaan ini, Wahyu menceritakan tentang Ketujuh Malapetaka.
Sebagai ilustrasi dari pembacaan Alkitab di atas, artikel ini membahas mengenai kehidupan kita sehari-hari. Tidak ada seorang pun yang suka dimarahi. Ketika seseorang melampiaskan kemarahannya kepada kita, pertanyaan dalam benak kita adalah: "Mengapa?" dan "Layakkah aku diperlakukan demikian?"
Wahyu 16 mencatat tentang kegenapan murka Allah, yang digambarkan dengan tujuh cawan murka yang ditimpakan atas seluruh dunia (1). Setiap elemen kehidupan tidak terluput dari murka Allah: bumi (2), laut (3), sungai-sungai dan mata-mata air (4), matahari (8), takhta binatang buas (10), Sungai Efrat yang besar (12), serta angkasa (17).
Membaca perikop ini, pertanyaan yang bisa muncul di benak kita adalah: "Mengapa Allah melakukan tindakan itu?" dan "Apakah bumi memang pantas menerima semua itu?"
Dunia sudah begitu dikuasai oleh dosa, sedemikian rupa hingga mereka tidak dapat lagi menghargai kekudusan, lebih memilih untuk menghujat nama Allah, dan menolak untuk bertobat. Murka yang dinyatakan Allah adalah wujud keadilan-Nya atas dunia. Penghakiman yang dinyatakan Allah bukanlah tindakan balas dendam, melainkan tindakan kasih. Mengapa demikian? Karena Allah Pencipta dunia ini.
Tindakan Allah memiliki maksud supaya dunia berkarya untuk memuliakan Allah. Namun, alih-alih memuliakan Allah, manusia-dalam keberdosaannya-malahan mencoba untuk memuliakan diri mereka sendiri. Manusia membangun kerajaan bagi kemuliaannya sendiri. Maka, Allah menghadirkan keadilan supaya manusia mendapat balasan setimpal dengan tindakan mereka terhadap Allah.
Ia mengingatkan kita bahwa manusia adalah ciptaan-Nya, yang diciptakan untuk sebuah maksud, yakni memuliakan-Nya; dan bahwa setiap pikiran, perkataan, dan tindakan kita seharusnya dilandasi maksud untuk memuliakan Allah.
Kitab Wahyu bukanlah catatan untuk membuat kita makin jauh dari Tuhan, melainkan sebuah kitab yang justru memanggil kita kembali pulang ke Rumah Bapa yang kekal, dengan cara bertobat kepada-Nya. Cara untuk memuliakan Allah adalah dengan mengakui karya Allah dalam kehidupan kita!
Editor : Fabyan Ilat