JAKARTA, iNews.id - Kesemutan di tangan dan kaki sering dianggap tanda kolesterol tinggi.
Selain itu, sejumlah orang menganggap kesemutan di tangan dan kaki karena terganggunya aliran darah.
Namun, saat ini kesemutan di tangan dan kaki ternyata merupakan gejala Neuropati.
Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dr. Manfaluthy Hakim, mengatakan, neuropati adalah gangguan pada sistem saraf tepi yang bisa terjadi akut ataupun kronis, dengan gejala umum seperti kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi terbakar di tangan dan kaki yang dapat memengaruhi kualitas hidup pasien.
"Penyebab gangguan saraf tepi dapat terjadi karena penyakit tertentu, kondisi fisik, usia lanjut, dan kurangnya asupan nutrisi," ujar dr. Manfaluthy Hakim, melalui keterangan virtualnya belum lama ini.
Dokter Manfaluthy Hakim menambahkan, vitamin B berperan penting untuk mencegah neuropati, jarena mampu meregenerasi sel saraf sehingga asupan vitamin B harus tercukupi untuk menjaga kesehatan saraf tepi.
Maka itu, dia menyarankan, deteksi dini sangat penting agar pengobatan lebih awal dapat dilakukan termasuk pemberian vitamin neurotropik. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah dampak neuropati yang lebih berat, karena kerusakan saraf dapat bersifat irreversible jika lebih dari 50 persen serabut saraf telah rusak.
"Setiap orang memiliki potensi risiko gejala neuropati, karena itu Neuropathy Awareness Week menjadi waktu yang tepat untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan mencegah dampak bahayanya," kata dia.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Ditjen Kesmas, Kementerian Kesehatan, dr. Imran Agus Nurali mengatakan, berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, proporsi penduduk Indonesia yang kurang aktivitas fisik meningkat dari 26,1 persen pada 2013 menjadi 33,5 persen pada 2018.
Artinya 1 dari 3 orang menjalani gaya hidup sedentari dan hal ini berpotensi meningkat selama pandemi yang dapat berisiko terhadap penyakit tidak menular (PTM) termasuk kerusakan saraf.
"Peningkatan kasus PTM secara signifikan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan banyak waktu, biaya besar dan teknologi tinggi," ujar dr. Imran Agus Nurali.
Lebih lanjut, dr. Imran Agus menambahkan, kampanye edukasi masyarakat dan deteksi dini PTM adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk mengendalikan faktor risiko.
Dia mengimbau masyarakat untuk menjadikan "Cerdik dan Germas" sebagai bagian gaya hidup. Dia juga percaya, inisiatif dari pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk terus mengingatkan publik tentang masalah ini.
Menurut dr Imran Agus, melalui kampanye 'Feel Life' juga dapat mengedukasi masyarakat. Kampanye ini merupakan rangkaian dari memperingati Neuropathy Awareness Week 2022, yang diluncurkan oleh P&G Health, didukung oleh Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Adapun program kampanye tersebut adalah simposium medis profesional kesehatan, edukasi publik dan kampanye media sosial, serta pemeriksaan gejala neuropati gratis melalui roadshow Neuropati Check Point (NCP).
"Kami sangat menghargai P&G Health atas komitmen mereka untuk mengedukasi tentang neuropati dan kesehatan saraf secara umum. Upaya ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan pengobatan neuropati yang tepat," ujar dr Imran Agus.
Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia, Anie Rachmayani mengatakan, Neuropathy Awareness Week merupakan momentum untuk mengingatkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang neuropati yaitu penyakit kronis yang memengaruhi sistem saraf tepi, dengan gejala umum seperti kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi terbakar di tangan dan kaki yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
"Kami terus berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat dan tenaga profesional kesehatan tentang pentingnya kesehatan saraf, deteksi dini neuropati, dan mendorong masyarakat untuk segera mendapatkan perawatan yang tepat," kata dia.
Editor : Fabyan Ilat