get app
inews
Aa Text
Read Next : Marshal Manengkei: Maestro Lagu Legendaris Berdarah Minahasa yang Mengharumkan Nama Indonesia

Tentang Sejarah Istilah Kambing Hitam dan Adu Domba

Sabtu, 21 Mei 2022 | 14:52 WIB
header img
Ilustrasi. (F: Istimewa)

Para peternak domba eropa cenderung tidak menyukai domba yang agresif, dan mereka lebih memilih domba yang penurut. Jadi domba yang menang dalam aduan domba tidak akan dihadiahi domba betina, melainkan mereka akan membiakkan domba yang kalah, demikian seterusnya, sehingga lambat laun keturunannya semuanya menjadi tidak agresif lagi.

Dengan kata lain, dalam konteks penjajahan, kalau ada seorang raja berkuasa, para penjajah tinggal memilih salah satu penantangnya yang “lemah” dan bisa diperalat, kemudian diperlengkapi dengan senjata dan tentara, kemudian diadu dengan sang raja, dan berharap “domba” yang diperalat ini menang (bayangkan dombanya dipersenjatai dengan pisau di tanduknya, jadi bukan menang karena kekuatan sendiri). Kalau sudah menang, tinggal ongkang-ongkang kaki seluruh wilayah ada di bawah kekuasaan “domba penurut” ini, dan sang raja “domba yang agresif” tinggal dibunuh atau dibuang ke tempat antah-berantah supaya tidak bisa menggalang kekuatan lagi.

 

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut