Kisah Lindsay Sandiford di Lapas Kerobokan Bali, Terpidana Mati Narkoba yang Menanti Dieksekusi

LINDSAY Sandiford dijatuhi hukuman mati pada tahun 2013 oleh pengadilan Indonesia karena perdagangan kokain dan menghadapi hukuman mati oleh regu tembak.

BACA JUGA: Diduga Sudutkan Islam, Film Kashmir Files Dilarang Tayang di Singapura

Dilansir The Independent, wanita berusia 65 tahun dari Teesside ditahan di penjara Kerobokan di pulau Bali yang penuh turis.

Kerobokan adalah salah satu penjara paling terkenal di Indonesia dan menampung sekitar 1.000 lebih banyak narapidana daripada 357 penjara yang dibangun pada 1979.

ABC News mengatakan dalam laporan tahun 2017 dari dalam Kerobokan bahwa hampir 80 persen tahanannya terjerat kasus narkoba.

Saat Sandiford ditangkap, ada 90 narapidana yang menunggu eksekusi di Kerobokan.

BACA JUGA: Angka Kematian Jamaah Haji Indonesia Tinggi, Tiap Tahun Capai Ratusan Jiwa

Undang-undang narkoba di Indonesia sangat ketat – sekitar setengah dari narapidana di negara ini adalah pelanggar narkoba – dan para pengedarnya diperlakukan secara brutal.

Pemerintah di Jakarta mengalami krisis diplomatik pada tahun 2015 ketika dua warga Australia yang dihukum sebagai bagian dari regu penyelundup heroin dieksekusi oleh regu tembak.

Indonesia merupakan negara minoritas yang mempertahankan hukuman mati dalam undang-undang.

Dua belas orang asing dieksekusi pada tahun 2015, semuanya atas tuduhan narkoba.

Sandiford telah divonis mati selama bertahun-tahun dan upaya negara Inggris untuk campur tangan telah gagal.

Dia telah berulang kali bersikeras dia dimanipulasi dan digunakan sebagai bagal untuk mengangkut kokain sebagai sarana untuk melindungi putranya, yang berusia 22 dan 24 tahun.

Dia mengajukan banding agar hukumannya dikurangi tetapi ditolak, karena sebagian besar banding untuk pelanggaran narkoba adalah.

Tempat penahanannya memiliki reputasi sebagai salah satu penjara terberat di Indonesia.

Kerobokan telah menyaksikan beberapa kerusuhan dalam dekade terakhir saja, beberapa di antaranya mematikan.

Editor : Fabyan Ilat