get app
inews
Aa Text
Read Next : Waspada! Fenomena Madden Julian Oscillation Picu Cuaca Ekstrem di Sulut Sepekan ke Depan

BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Lebih Singkat, Waspadai Risiko Berikut!

Rabu, 23 April 2025 | 08:42 WIB
header img
Prediksi cuaca BMKG, musim kemarau akan singkat 2025. Ilustrasi/Istimewa

JAKARTA, iNewsManado.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan musim kemarau 2025 akan lebih singkat dibanding rata-rata tahunan di sebagian besar wilayah Indonesia. Meski demikian, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan sejumlah risiko kritis yang perlu diantisipasi, mulai dari kekeringan hingga kebakaran hutan.  

Berdasarkan analisis dinamika iklim global hingga pertengahan April 2025, musim kemarau tahun depan diprediksi dimulai secara bertahap. Sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki fase kemarau pada April, dengan perluasan ke Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua pada Mei-Juni. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juni-Agustus, dengan kekeringan terparah di Jawa Tengah-Timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku pada Agustus.  

Saat ini, fenomena ENSO (El Niño-Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) berada dalam fase netral, yang berarti tidak ada gangguan iklim besar dari Samudra Pasifik atau Hindia hingga akhir 2025. Namun, suhu permukaan laut di Indonesia yang lebih hangat dari normal (hingga September 2025) berpotensi memicu cuaca ekstrem lokal.  

 

Profil Musim Kemarau 2025

- 60% Wilayah: Kemarau normal.  

- 26% Wilayah: Kemarau lebih basah (terutama Sumatera & Kalimantan).  

- 14% Wilayah: Kemarau lebih kering.  

- Durasi: Lebih pendek di sebagian besar wilayah, tetapi 26% wilayah (terutama Sumatera & Kalimantan) justru menghadapi musim lebih panjang.  

 

Rekomendasi BMKG untuk Mitigasi Risiko

1. Sektor Pertanian

- Sesuaikan jadwal tanam dengan prediksi musim.  

- Gunakan varietas tanaman tahan kekeringan.  

- Optimalkan pengelolaan air dan perluas lahan tanam di daerah kemarau basah.  

 

2. Kebencanaan

- Tingkatkan kesiapsiagaan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di wilayah berisiko.  

- Basahi lahan gambut dan isi embung penampung air selama periode basah.  

 

3. Lingkungan & Kesehatan

- Waspadai penurunan kualitas udara di perkotaan dan area rawan karhutla.  

- Antisipasi dampak suhu panas dan kelembapan tinggi terhadap kesehatan.  

 

4. Energi & Sumber Daya Air

- Kelola pasokan air secara efisien untuk operasional PLTA, irigasi, dan kebutuhan air baku.  

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut