Ini Sejarah Penamaan 30 Kelurahan di Kota Manado yang Jarang Diketahui

MANADO, iNEWSMANADO.ID – Sejumlah kelurahan di Kota Manado ternyata memiliki ikatan sejarah budaya dimasa lampau.
Artikel ini akan mengulas mengenai asal usul serta sejarah penamaan sejumlah kelurahan di Kota Manado yang jarang diketahui.
Kota Manado memiliki 11 kecamatan dan 87 kelurahan (dari total 171 kecamatan, 332 kelurahan dan 1.507 desa di seluruh Sulawesi Utara).
Menariknya, penamaan sejumlah kelurahan di Kota Manado berasal dari bahasa daerah sejumlah etnis yang ada di Sulawesi Utara serta adanya kebiasaan dan warisan masa lalu yang menjadi titik awal pengambilan nama kelurahan.
1. Winangun
Kata "Winangun" berasal dari bahasa Tombulu "wangun", yang berarti diperindah atau negeri yang baru dibangun. Winangun terbentuk dari penggabungan dua wilayah atas inisiatif tokoh masyarakat dari Paal III dan Paal IV pada tahun 1965. Saat ini, Winangun adalah salah satu kelurahan di kecamatan Malalayang.
2. Kleak
"Kleak" adalah sejenis burung kakaktua berwarna biru dan pemakan jagung. Dalam bahasa Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan, burung ini disebut "kleak". Dahulu, kelurahan Kleak adalah daerah hutan yang dihuni banyak burung kleak.
3. Tongkaina
Nama "Tongkaina" berasal dari kata dalam bahasa Sangihe "tongka kina", yang berarti bakar ikan. Dahulu, daerah ini merupakan tempat para nelayan untuk membakar ikan sebelum pulang atau menjual ikan di pasar.
4. Pakowa
Nama "Pakowa" berasal dari kata dalam bahasa Tombulu "pakewa", yang merupakan nama pohon dari famili Rubiaceae dengan nama ilmiah Tricalysia Minahassae Comb. Nov.
5. Wenang
Nama "Wenang" berasal dari kata dalam bahasa Minahasa yang merujuk pada pohon endemik bernama Macaranga Hispida. Dalam sub etnis Bantik, pohon ini disebut "benang". Wenang kini menjadi nama salah satu kecamatan yang terdiri dari 12 kelurahan, seperti Bumi Beringin, Teling Bawah, Tikala Kumaraka, Mahakeret Barat, dan lainnya.
6. Kayuwatu
Nama "Kayuwatu" berasal dari kata dalam bahasa Tonsea "kayu" dan "watu", serta bahasa Tombulu "kai" dan "watu", yang berarti jenis pohon bernama ilmiah Homalium Foetidum Benth. Dalam bahasa Tombulu, daerah ini disebut "Kaiwatu", yang kini diubah menjadi Kairagi Dua di kecamatan Mapanget.
7. Mahakeret
"Mahakeret" berasal dari kata dalam bahasa Tombulu dan Tolour yang berarti memanggil dengan berteriak.
8. Teling
Nama "Teling" diambil dari kata dalam bahasa Tombulu yang berarti buluh atau bambu. Dahulu, jalan dari desa Koka hingga SMPN 7, SMAN 2, dan SMAN 7 Manado banyak ditumbuhi pohon bambu.
9. Ranotana Weru
Nama "Ranotana Weru" berasal dari kata dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan "weru" yang berarti baru. Jadi, Ranotana Weru berarti air tanah baru atau Ranotana Baru.
10. Bahu
Nama "Bahu" berasal dari kata dalam bahasa Sangihe dan Bantik yang berarti pohon yang umumnya tumbuh di pesisir pantai. Pohon bahu termasuk dalam famili Malvaceae dengan nama ilmiah Hibiscus tiliaceus L.
11. Pondol
"Pondol" berasal dari bahasa Tombulu, Sangihe, dan Bantik yang berarti ujung kampung. Dalam bahasa Sangihe, pondolre memiliki arti tambahan sebagai ujung kampung secara luas.
12. Bengkol
Nama "Bengkol" berasal dari kata dalam bahasa Bantik "beng’kolro’", yang berarti bengkok. Sesuai dengan namanya, kelurahan Bengkol terletak di aliran sungai Paniki yang berlekuk atau bengkok.
Editor : Fabyan Ilat